Sponsors Link

7 Prasasti yang Ditemukan di Jawa Tengah

Sponsors Link

Sampai saat ini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur yang berisi mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman.

ads

Periode terbanyak pengeluaran prasasti terjadi pada abad ke-8 hingga ke-14 masehi. Pada saat itu aksara yang paling banyak digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.

Apa itu Prasasti?

Prasasti merupakan sebuah piagam maupun dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama yang menandai akhir dari zaman prasejarah. Hal itu ditandai dengan sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, di mana masyarakatnya sudah mengenal tulisan.

Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti pujian yang kemudian dianggap sebagai piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan. 

Tidak semua prasasti mengandung puji-pujian kepada raja justru sebagian besar prasasti berisikan keputusan mengenai penetapan sebuah desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan yang dilindungi oleh kerajaan.

Isi prasasti lainnya juga ada yang berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata, utang-piutang, maupun tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah hampir semuanya ditulis pada masa salah satu kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yaitu kerajaan Sriwijaya. Ada pula prasasti yang berisi mengenai genealogi raja atau asal usul suatu tokoh pada masa tersebut.

Contoh Prasasti yang Ditemukan Di Jawa Tengah

  • Prasasti Canggal 

Prasasti Canggal merupakan prasasti yang dipahatkan pada batu berwarna kuning kecoklatan berbentuk persegi empat pipih yang bagian tepinya telah diratakan. Permukaan bidang yang akan ditulisi juga diratakan dan diupam terlebih dahulu, kemudian pada bagian atasnya dibentuk lengkung kurawal.

Pada saat ditemukan, prasasti Canggal terbelah menjadi dua bagian dan telah disatukan kembali yang ditemukan di halaman candi Gunung Wukir dan di desa Canggal yang letaknya di bawah Gunung Wukir dan kini sudah disimpan di Museum Nasional, Jakarta dengan nomor inventaris D. 4.

Prasasti Canggal merupakan prasasti nomor dua tertua di pulau Jawa dengan bukti angka tahun yang tertera dalam prasasti ini berupa sruti indrya rasa atau 654 (Saka) yang merupakan penggunaan candrasengkala tertua dalam prasasti di Indonesia.

Prasasti Canggal merupakan prasasti pertama yang dikeluarkan oleh pemimpin kerajaan Mataram kuno yaitu raja Sanjaya untuk memperingati pendirian lingga di atas bukit Sthirangga sebagai rasa syukur bahwa ia telah dapat membangun kembali kerajaan dan bertahta dengan aman tenteram setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya. 

  • Prasasti Mantyasih 

Prasasti Mantyasih memiliki nama lain Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung dengan lokasi penemuannya yang berada di Kampung Mateseh, Jawa Tengah.

Peninggalan sejaran Hindu-Buddha di Indonesia tersebut Kerajaan Mataram Kuno tersebut, terbuat dari tembaga ini dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung yang berangka 829 Saka atau 907 Masehi ini disebutkan tentang raja-raja yang pernah memerintah pda saat Dinasti Sanjaya, sebelum Diah Balitung berkuasa sebagai raja.

Selain itu, diceritakan pula mengenai pemberian hadiah tanah oleh Diah Balitung kepada lima orang patihnya yang sudah sangat berjasa kepada kerajaannya.

  • Prasasti Kalasan 

Prasasti ini berasal dari masa Dinasti Syailendra yang berangka 700 Saka atau 778 Masehi yang ditemukan di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Isi dari Prasasti Kalasan tersebut menceritakan tentang Maharaja Tejapurnapana yang telah berhasil dibujuk untuk membangun sebuah bangunan suci.

Bangunan suci yang pertama tersebut dikhususkan untuk Dewi Tara, sedangkan bangunan kedua merupakan sebuah biara yang digunakan oleh para para biksu (pendeta Buddha).

  • Prasasti Kelurak 

Prasasti batu berangka tahun 782 M yang ditemukan di dekat Candi Lumbung, Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah. Dengan keadaan batu prasasti Kelurak yang sudah sangat aus, sehingga isi seluruhnya kurang diketahui secara jelas.

Secara garis besar, isinya tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya, yaitu Candi Sewu yang terletak di Kompleks Percandian Prambanan.

Nama raja Indra tersebut juga bisa ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda yang merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kelurak ditulis dalam aksara Pranagari, dengan menggunakan bahasa Sanskerta yang kini disimpan dengan No. D.44 di Museum Nasional, Jakarta.

  • Prasasti Abhayagiri Wihara 

Prasasti yang berangka tahun 792 M berasal dari masa Kerajaan Medang Mataram yang menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M) yang telah membangun suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara atau wihara di bukit yang bebas dari bahaya.

Disebutkan jika Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M.

Prasasti yang ditemukan di kawasan bukit Ratu Boko ini dikaitkan dengan keberadaan situs Ratu Baka yang disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra dan bangunan di atas bukit ini dijadikan sebagai kubu pertahanan dalam menghadapi pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian harinya.

Kompleks Ratu Baka ini terletak di desa Bokoharjo dan desa Sambirejo, Prambanan Sleman, di mana situs Ratu Boko ini lebih condong ke sebuah peninggalan Keraton.

  • Prasasti Kayumwungan 

Prasasti Kayumwungan adalah prasasti yang terbagi menjadi lima buah penggalan batu yang berada di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Tulisannya menggunakan bahasa Sanskerta sebanyak 24 baris pertama dan bahasa Jawa Kuno pada baris berikutnya hingga baris terakhir yang berangka tahun 746 Saka atau 824 Masehi.

Tulisan yang menggunakan bahasa Sanskerta menceritakan mengenai raja Samaratungga serta pembangunan bangunan suci Jinalaya dan Wenuwana oleh anaknya yang bernama Pramodawardhani yang dibangun sebagai tempat abu jenazah raja Indra dari dinasti Syailendra. Prasasti Kayumwungan telah disimpan dan terjaga dengan baik di Museum Nasional Indonesia.

  • Prasasti Tri Tepusan 

Prasasti dari zaman Kerajaan Medang (Mataram Kuno) ini menyebutkan bahwa Sri Kahulunan pada tahun 842 M telah menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan pemeliharaan tempat suci Kamulan I Bhumisambhara yang kemungkinan besar merupakan nama dari Candi Borobudur sekarang.

Duplikat dan foto dari prasasti ini telah tersimpan di dalam museum Candi Borobudur, sehingga masyarakat bisa mengetahuinya.

Sponsors Link
, ,
Post Date: Tuesday 13th, December 2022 / 05:05 Oleh :
Kategori : Sejarah