Ketahui 4 Peninggalan Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam yang ada di Sumatera dan terletak pada Ibu Kota Aceh Timur. Kerajaan ini telah berdiri sejak abad ke-8 hingga abad ke-13, lebih tepatnya pada tahun 840 hingga 1292M menjadikannya salah satu kerajaan tertua di Indonesia.
Kerajaan, yang merupakan salah satu bentuk negara di dunia, didirikan oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah ini dianggap sebagai kerajaan Islam tertua di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara.
Masa kejayaan Kesultanan Perlak adalah pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II yang memerintah dari tahun 1230 hingga 1267 Masehi. Meskipun bukan termasuk kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, Perlak mengalami kemajuan pesat, khususnya dalam bidang pendidikan Islam dan penyebaran dakwah. menakjubkan.
Pada tahun 500 M kerajaan Ta Shi didirikan, yang kemudian digabungkan dengan kerajaan Perlak dengan nama Ta Jihan. Perkembangan permukiman Muslim di Perlak berperan penting dalam penyebaran Islam di sana.
Itu kemudian mengubah kerajaan Siwa Perlak menjadi Kesultanan Muslim Perlak. Mereka menjadi salah satu kerajaan yang mengembangkan peradaban dan kebudayaan Islam.
Selain itu, letak Kerajaan Perlak yang strategis mendorong banyak pedagang bermukim di sana, antara lain pedagang dari Arab, India, Cina, Jawa, Persia, dll. Merekalah penghasil utama lada.
Sedangkan rempah-rempah lainnya seperti kayu manis, cengkeh, pala, fuli dan gaharu didatangkan dari negara dengan banyak rempah seperti Sri Lanka, Jawa dan Malaka. Kerajaan perlak memiliki banyak peninggalan yang telah ditemukan, adapun beberapa peninggalan kerajaan perlak :
- Buku Zhufan Zi
Kitab Zhufan Zi adalah kitab seorang inspektur bea cukai dari Ginsengland China, bernama Zhao Rugua, dari tahun 1225. Dalam buku ini dia sepertinya mengutip catatan ahli geografi China Chou Ku-Fei. Buku ini menjelaskan tentang keberadaan negeri muslim yang berjarak kurang lebih 5 hari berlayar dari pulau Jawa pada tahun 1178.
Negara Muslim yang digambarkan dalam buku Zhufan Zi kemungkinan besar adalah Kerajaan Perlak di Aceh. Pasalnya, Kerajaan Perlak juga dikenal sebagai tempat persinggahan kapal-kapal Arab, Cina, dan lainnya. Keterangan lebih rinci dalam buku ini juga menyebutkan bahwa jarak tempuh dari pulau Jawa ke Brunei memakan waktu hingga 15 hari.
Tidak hanya itu, catatan Marco Polo mengkonfirmasi pendapat tentang masalah tersebut. Marco Polo mengatakan dalam catatannya bahwa dia singgah di satu negara setelah kembali dari China pada tahun 1291. Negara tersebut dikenal dengan Ferlac, Marco Polo juga mengatakan bahwa di negara ini banyak orang yang memeluk Islam.
- Naskah Hikayat Aceh
Teks hikayat Aceh ini menjelaskan bahwa Kesultanan Perlak didirikan di bawah pimpinan Sultan Alauddin Syah. Sultan Alauddin Syah adalah raja pertama Kesultanan Perlak Aceh. Hikayat ini juga mengungkap bagaimana seorang ulama Arab menyebarkan Islam ke bagian utara pulau Sumatera.
Ulama tersebut adalah Syaikh Abdullah Arif yang mulai berdakwah di sana sejak tahun 506 Hijriah atau 1112 Masehi. Dari sinilah muncul Kerajaan Perlak yang dipimpin oleh Sultan pertamanya, Alauddin Syah.
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa Melayu. Biasanya hikayat ini berisi cerita, dongeng atau cerita tentang pahlawan yang memiliki kesaktian. Hikayat biasanya dijadikan hiburan anak-anak untuk meningkatkan semangat juang dan memberi contoh kebaikan.
- Makam Raja Benoa
Makam ini bukanlah makam sembarangan karena mungkin makam ini adalah makam salah satu raja Benoa. Keberadaan makam ini semakin menegaskan keberadaan dan keberadaan Kerajaan Perlak di Aceh. Menurut hasil penelitian dr. Hassan Ambari diperkirakan makam ini ada pada abad ke-4 atau ke-11 Masehi. Ini diketahui jika mereka mempelajari batu nisan kuburan ini. Nisan ini juga memiliki beberapa prasasti, semuanya dalam huruf Arab.
Beberapa informasi, Benoa merupakan salah satu wilayah yang dimiliki oleh Kerajaan Perlak saat itu. Berdasarkan buku catatan Idharul Haq fi Mamlakatil Ferlah Wal Fas, Benoa pernah menjadi negara Kerajaan Perlak.
Makam Raja Benoa mungkin tidak semegah makam raja-raja Indonesia. Namun makam ini masih umum dan banyak dikunjungi wisatawan yang datang ke Aceh. Makam Raja Benoa juga terlihat sederhana, hanya ada atap dan pagar di sisi-sisinya. Namun suasana pemakaman ini sangat bersih dan terawat.
- Mata Uang Tertua
Sebagai kerajaan dengan sektor bisnis yang cukup maju, tentu saja Kerajaan Perlak memiliki alat transaksi. Menurut hasil, kerajaan Perlak sebenarnya memiliki mata uangnya sendiri.
Ada tiga jenis mata uang yang terbagi menjadi tiga jenis yaitu dirham, kupang dan kuningan. Mata uang Dirham atau emas merupakan mata uang peninggalan Kerajaan Perlak yang juga merupakan mata uang tertua di Indonesia dan menjadi bagian sejarah uang dalam Islam di Indonesia.
Mata uang dirham ini memiliki keunikan tersendiri dimana salah satu sisinya bertuliskan “al A’la”. Di sisi lain juga terdapat tulisan “Sultan”, prasasti tersebut konon adalah Putri Nurul A’al, yang menjabat sebagai perdana menteri saat itu.
Mata uang lainnya adalah kupang, mata uang ini masih berbentuk koin hampir mirip dengan dirham. Mata uang Kupang juga memiliki tulisan “Dhuribat Mursyid Am” dan “Syam Alam Barisyah” di kedua sisinya. Maksud prasasti itu mungkin untuk menamai Putri Mahkota Sultan Makhdum, yang mengambil alih pemerintahan dengan bantuan adik laki-lakinya, Abdul Aziz Syah.
Mata uang yang terakhir adalah kuningan, mata uang ini sebenarnya terbuat dari tembaga. Mata uang kuningan ini juga ada tulisan arabnya, sayangnya sampai saat ini belum ada yang bisa terbaca. Penemuan tiga jenis mata uang yang menjadi warisan kerajaan Perlak membuktikan satu hal. Kerajaan Perlak merupakan kesultanan yang tumbuh sangat pesat pada masanya.
Itulah peninggalan Kerajaan Perlak yang juga menjadi bukti bahwa kerajaan ini benar-benar ada di Indonesia. Jika melihat kerajaan Perlak, sepertinya ini adalah salah satu kerajaan yang disegani para pedagang dan musafir.