Sponsors Link

4 Teori Kritis Hubungan Internasional yang Perlu diketahui

Sponsors Link

Dalam Hubungan Internasional telah terjadi dan mengalami banyak peristiwa penting yang dapat mengembangkan ilmu Hubungan Internasional sehingga ilmu HI memiliki dinamika pada setiap peristiwanya. Seperti contohnya perspektif liberalisme, realisme, marxisme dan lain sebagainya.

ads

Perspektif tersebut tercipta karena muncul perbedaan pendapat dan cara pandang akan Hubungan Internasional.

Namun, terdapat teori dalam Hubungan Internasional yang bertugas atau lahir untuk mengkritisi dan membantah berbagai perspektif yang telah ada.

Teori ini biasa disebut sebagai teori kritis atau Frankfurt school. Teori kritis ini bisa dibilang teori yang terinspirasi dari perspektif marxisme.

Teori kritis merupakan teori yang relatif baru yang lahir pada akhir tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an.

Menurut Linklater (1996), Teori kritis memiliki empat asumsi dasar. Empat asumsi dasar itu adalah sebagai berikut:

1. Asumsi Pertama

Asumsi yang pertama yakni teori kritis mengkritisi permasalahan kaum positivis dengan menyatakan bahwa pengetahuan tidak datang begitu saja dari keterlibatan suatu subjek dengan realitas objektif.

Namun pengetahuan sebenarnya hadir dan mencerminkan sebuah tujuan sosial dan kepentingan.

2. Asumsi Kedua

Asumsi yang kedua yakni teori kritis mengkritisi dan menentang klaim empiris mengenai dunia sosial yang berasumsi bahwa struktur yang ada tidak berubah.

Dalam hal ini teori kritis menganggap bahwa dalam kenyataannya terdapat kesempatan untuk sebuah komunitas berubah dan individu serta kelompok akan mendapat kebebasan yang lebih dari sebelumnya.

3. Asumsi Ketiga

Asumsi yang ketiga yakni teori kritis menolak adanya kelas-kelas, asumsi yang ketiga ini bisa dibilang terinpirasi dari perspektif sebelumnya yakni marxisme, teori kritis beranggapan bahwa kelas-kelas yang ada bukanlah penentu utama masyarakat atau sejarah.

4. Asumsi Keempat

Asumsi yang keempat yakni teori kritis mengkritisi pengaturan sosial dengan melakukan dialog terbuka dengan membentuk bentuk komunitas politik (Linklater, 1996).

Menurut Davetak (2005), teori kritis dalam Hubungan Internasional memiliki perbedaan karateristik dari teori tradisional yaitu penolakan terhadap sifat ilmu yang merupakan bebas nilai, mendukung adanya uji tujuan dan fungsi dari teori tertentu, menempatkan orientasi dari konteks sosial dalam sebuah situasi yang telah ditentukan, serta juga memberikan memberikan dukungan terhadap pembebasan atau emansipasi (Devetak, 2005).

Selain itu, teori kritis ini mengkritisi tentang asumsi yang ada pada perspektif tradisional.

Seperti contohya perspektif realisme yang mempercayai bahwa manusia memiliki sisi buruk dibalik sisi baiknya, hal ini biasa disebut dengan human nature.

Teori kritis dalam Hubungan Internasional lebih menekankan kepada analisa sosial dari struktur non-state yang tidak akurat.

Seperti contohnya power structure yang dimiliki oleh suatu negara cenderung disalah gunakan untuk menguasai atau menghegemon negara lain (Wardhani, 2015).

Dalam teori kritis terdapat istilah yang biasa disebut dengan immanent critic.

Immanent critic ini merupakan sifat keingintahuan yang ada pada suatu individu dan hal ini merupakan sebuah harapan teori kritis kepada setiap individu dapat memiliki sifat tersebut.

Karena dengan adanya sifat tersebut diharapkan suatu individu dapat membebaskan diri tiap individu dari ketidaktahuan, bahkan membenarkan sesuatu yang salah, sehingga dapat menuju kepada sesuatu yang benar.

Yang kemudian juga dapat menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang bebas nilai.

Sponsors Link
,
Post Date: Tuesday 30th, June 2020 / 02:11 Oleh :
Kategori : Sosiologi