Sejarah Ekonomi Tiongkok yang Perlu diketahui
Mendengar kata Tiongkok, tentunya kita akan langsung teringat akan sumber wabah virus corona. Akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020 lalu, Tiongkok menjadi trending topic di seluruh dunia karena penemuan virus baru yang mematikan ini. Diluar kontroversi hal tersebut, Tiongkok adalah salah satu kekuatan dunia di segala bidang.
Bidang pendidikan, satu dekade terakhir, Tiongkok berkembang sangat pesat dibuktikan dengan tercatatnya beberapa kampus bergengsi dalam peringkat top 100 dunia. Para pelajar dari seluruh penjuru dunia berdatangan ke Tiongkok untuk belajar reknologi ataupun belajar bahasa mandarin. Bidang perdagangan, Tiongkok melakukan kegiatan ekspor ke berbagai negara dengan kualitas baik dan harga bersaing. Bidang Ekonomi pun tak luput dari perkembangan ekstrem Tiongkok. Pada pertemuan tahun 2019 lalu saat memperingati 70 tahun kemerdekaan Tiongkok, mengumumkan bahwa saat itu Tiongkok adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Berbicara mengenai sejarah perekonomian Tiongkok, kita dapat mengkaji dari dua kurun waktu, yaitu sebelum Tiongkok merdeka pada tahun 1949 dan era sesudah kemerdekaan Tiongkok. Untuk era sebelum kemerdekaan, kita akan memfokuskan pembahasan ekonomi Tiongkok sebelum tahun 1912, dan periode 1912-1949, dan untuk era setelah kemerdekaan Tiongkok juga akan dibagi dalam beberapa era.
Sebelum Tahun 1912
Pada kurun waktu sebelum tahun 1912, perekonomian Tiongkok dibagi menjadi tiga era:
- Era pra-kekaisaran sebelum kebangkitan Dinasti Qin.
Kaisar Qin adalah kaisar pertama Tiongkok pada tahun 221 SM. Pada masa pemerintahannya, berbagai suku dan tradisi disatukan menjadi pemerintahan tunggal. - Era kekaisaran Dinasti Qin sampai Kebangkitan Dinasti Song (221 SM- 960 M).
Pada era dinasti Song, banyak kemajuan yang dialami Tiongkok, seperti meulainya penggunaan uang kertas, penunjuk arah, peredaran buku-buku dan fasilitas komunikasi lainnya. Masa ini, para pedagang swasta diperbolehkan untuk memulai usaha dan investasi mengalami peningkatan. Pada masa ini jugalah mulai terbentuknya pasar. - Era kekaisaran akhir yang dimulai dari Dinasti Song sampai jatuhnya Dinasti Qing.
Tahun 1912 – 1949
Setelah jatuhnya kekaisaran dinasti Qing pada tahun 1912, perekonomian Tiongkok mengalami ketidakstabilan. Sampai tahun 1937, Tiongkok mempunyai perekonomian yang cukup baik.
Era setelah kemerdekaan (Mulai tahun 1949)
1 Oktober 1949, Tiongkok berdiri sebagai negara merdeka, ini juga merupakan titik balik kekuatan Tiongkok. Perekonomian Tiongkok pasca merdeka dapat dikaji menjadi beberapa masa, yaitu:
- Pemerintahan Mao Zedong
Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamirkan kemerdekaan Tiongkok dan resmi menjadi negara komunis. Saat itu, keadaan perekonomian Tiongkok sedang hancur, Tiongkok mengalami inflasi yang merupakan akibat dari perang Tiongkok Jepang dan perang saudara. Pada masa pemerintahan Mao Zedong, para petani bekerja di dalam sebuah kelompok dan pendapatan yang diterima oleh para peladang diperoleh bersama. Dan juga, pasar telah digantikan dengan rencana untuk mengalokasikan sumber-sumber dan investasi. Bank, perdagangan domestik dan asing juga telah dijadikan milik negara dan berada di bawah pengawasan negara.
Pemerintah memusatkan perhatian pada pembangunan industri berat, transportasi serta mengendalikan inflasi dan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Kebijakan politik Mao Zedong berorientasi pada perjuangan revolusioner kaum tertentu dan ideologi mereka melalui mobilisasi masa yang dipimpin oleh kaum proletar, sehinnga menjadi pencetus beberapa kebijakan Mao Zedong seperti Gerakan seratus bunga berkembang, Gerakan lompatan jauh ke depan, dan juga revolusi kebudayaan.
Pemerintahan era Mao Zedong dapat dibagi menjadi dua dekade. Dekade pertama, 1949-1957 adalah proses industrialisasi pertanian menuju industri, sedangkan dekade kedua mulai terjadi krisis ekonomi pada kurun waktu 1960-1962 dan 1966-1969 yang terjadi pergolakan politik. Saat terjadi krisis ekonomi tahun 1960-1962, kebijakan yang diambil pemerintah yaitu mengubah prioritas yang semula telah industri kembali menjadi pertanian.
Terakhir, program lompatan jauh ke depan yang digagas Mao Zedong mengalami kegagalan dan posisi sebagai presiden Tiongkok digantikan oleh Liu Shaoqi. Ada enam langkah yang dilakukan oleh Liu Shaoqi dalam rangka pemulihan ekonomi, yaitu: pemberian insentif material, perusahaan-perusahaan negara harus dikelola dan dievaluasi berdasarkan efisiensi, para pemimpin perusahaan diberikan wewenang lebih besar terkait kebijakan produksi, mengedepankan informasi dan data lapangan, reorganisasi partai dengan lebih mngedepankan kedisiplinan.
Kebijakan ekonomi yang diambil Liu Shaoqi memberikan dampak yang positif, dapat dilihat dari ekonomi pedesaan yang mulai membaik, industri kecil dan menengah mengalami perkembangan. Namun keberhasilan kebijakan program Liu Shaoqi tidak berlangsung lama, karena terjadinya Revolusi Kebudayaan pada tahun 1966 yang dilakukan oleh Mao Zedong yaitu gerakan anti kapitalisme. Revolusi kebudayaan menyebabkan suplai tenaga ahli terancam semakin berkurang, pengembangan IPTEK menjadi terhambat.
- Reformasi Ekonomi tahun 1978
Pada tahun 1978, Tiongkok mulai meninggalkan sistem perencanaan bertahap dan kembali ke ekonomi yang berorientasi pasar. Alasan tahun 1978 dijadikan awal reformasi karena adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat yang terjadi di negara-negara tetangga Tiongkok yang berorientasi pasar lebih terasa sebagai contoh bahwa ekonomi pasar dapat bekerja lebih baik. Alasan selanjutnya karena memang warga Tiongkok menginginkan reformasi yang berorientasi pasar karena sudah menderita akibat ekonomi yang direncanakan oleh pusat, dan juga kekurangan barang untuk dikonsumsi, yang mengharuskan mereka untuk menyesuaikan diri dengan pemasok barang.
- Ekonomi Tiongkok Pasca Reformasi
Selama pemerintahan Deng Xiaoping, Ia berusaha untuk mendorong kondisi perekonomian Tiongkok, karena menurut Deng Xiaoping, salah satu kelemahan negara Tiongkok adalah kebijakan menutup diri yang sudah dijalankan sejak jaman Mao Zedong.
Meskipun, pasar ekonomi telah dibuka untuk negara luar, namun dari dulu Tiongkok tetap berhati-hati untuk tidak tergantung pada pasar asing. Ketergantungan kepada negara barat dilihat sebagai suatu tingkat bagi negara-negara yang ingin maju dan berkembang karena negara tersebut tidak dapat mendorong perekonomian negara mereka sendiri.
Ide kebijakan ekonomi yang digagas Deng Xiaoping adalah moderniasai ekonomi yang lebih terbuka kepada para investor asing. Modernisasi ekonomi ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan memberikan kekayaan untuk masyarakat.
Ada dua tujuan utama terjadinya reformasi perubahan ekonomi Tiongkok pada tahun 1979 yaitu memberi penekanan terhadap investasi dan juga industri berat dan kebutuhan dan insentifitas untuk mendorong produksi.
Tiongkok kini mengalami perubahan ekonomi yang sangat cepat dan menjelma sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia mengalahkan Jepang. Tak hanya pesatnya investasi yang masuk ke Tiongkok tapi juga dibarengi dengan perkembangan teknologi yang semakin didepan.
Negara-negara dunia kini menyadari bahwa mereka harus bersaing dengan Tiongkok yang semakin kompetitif dalam hal ekspor barang. Barang yang ditawarkan Tiongkok dengan kualitas yang sama bahkan lebih tapi dipasarkan dengan harga terjangkau sehingga ini yang menjadi salah satu kekuatan perdagangan dan ekonomi Tiongkok.
Tiongkok pernah berada di posisi terburuk selama ratusan tahun, hingga akhirnya bangkit kembali setelah reformasi ekonomi. Kesuksesan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia ini karna Tiongkok memiliki tekad dan kekonsistenan untuk maju.