Sponsors Link

5 Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Tau!

Sponsors Link

Kerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi. Candi ini didirikan oleh Dapuntahyang Sri Jayanasa. Nama Sriwijaya berasal dari dua kata yakni Sei san Wijaya. Sri yang berarti Cahaya dan wijaya yang memiliki arti kemenangan. Maka secara bahasa, candi ini dinamakan dengan kemenangan yang bercahaya. Mengenai letak dari kerajaan banyak pendapat yang bermunculan.

ads

Namun, pendapat yang populer yakni pendapar G. Coese yang menyatakan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ini ada di Palembang. Banyaknya pendapat ini dikarenakan Kerajaan Sriwijaya kerap berpindah-pindah tempat. Hal ini dikarenakan corak dari kerajaan ini yang memiliki corak maritim yang mengharuskan mereka berpindah pusat Kerajaan.

Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan pada abad ke-8 hingga abad ke-9. Saat itu, raja yang berkuasa adalah Raja Balaputradewa. Pada masa ini, Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai Selat Malaka yang saat itu menjadi jalur perdagangan penting.

Tidak hanya itu, Kerajaan ini pun berhasil memperluas daerah kekuasaan hingga Thailand Selatan. Pada masa ini juga, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat belaja agama Buddha dan Sanskerta. Untuk mendukung hal tersebut, maka didirikan beberapa candi dan prasasti.

Adapun Candi yang saat itu didirikan dan menjadi peninggalan serta bukti keberadaan Kerajaan ini adalah sebagai berikut.

1. Candi Bahal

candi bahaL

Candi Bahal terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Candi ini merupakan bagian dari candi Padanglawas atau candi yang terletak di padang luas. Di antara banyaknya Candi Padanglawas, hanya candi ini yang selesai direnovasi.

Sisanya masih dalam tahap renovasi dan masih berbentuk reruntuhan. Dulunya, penduduk sekitar menyebut candi ini dengan sebutan biaro atau biara. Namun, belum diketahui secara pasti fungsi dari candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini.

Mengenai corak pada Candi ini tak diketahui secara pasti apakah candi ini bercorak Hindu atau Buddha. Jika dilihat dari atap pada Candi Bahal I yang mirip dengan atap Candi Mahligai, candi ini diperkirakan bercorak Buddha.

Namun, di lain sisi, keberadaan arca-arca seperti arca kepala makara, arca ganesa, dan arca lainnya, membuat candi ini diperkirakan bercorak Hindu. Sebab, arca-arca tersebur merupakan bagian atau ciri khas dari Candi Hindu.

Candi Bahal kerap disebut dengan Candi Portibi karena daerah di mana tempat candi itu berada. Komplek candi ini terdiri dari 3 candi yakni Bahal I, Bahal II dan Bahal III. Terdapat beberapa kesamaan di antara ketiganya yakni sama-sama terbuat dari bata merah. Pada masing-masing kompleks pun dikelilingi dengan pagar sekitar 1 meter yang terbuat dari bata merah. Pada bagian sisi timur, terdapat gerbang yang menjorok keluar dan diapit dinding pada kiri dan kanannya.

2. Rimba Candi atau Gapura Sriwijaya

Rimba Candi

Situs Rimba Candi atau Gapura Candi ini merupakan bebatuan yang memiliki bentuk segilina memanjang dengan tanda cekung berbentuk oval ke dalam pada sisi batunya. Tanda cekungan ini adalah pegunci agar batu bisa disatukan. Total gapura pada situs ini adalah 9 buah. Namun, baru 7 buah gapura yang berhasil ditemukan.

Gapura Sriwijaya saat ini dalam keadaan yang tak utuh dan roboh. Penyebab dari robohnya situs bersejarah ini dikarenakan faktor alam seperti gempa dan lainnya. Saat ini, situs bersejarah ini akan dilakukan pemugaran bahkan kegiatan pemugaran sudah berlangsung sejak tahun 2008. Semoga saja dengan dilakukan pemugaran, bisa membuat situs sejarah peninggalan Sriwijaya ini menjadi lebih baik lagi.

3. Candi Kota Kapur

candi kota kapur

Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mencapai ke daerah Bangka. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya situs Candi Kota Kapur dan Prasasti Kota Kapur. Candi Kota Kapur terletak di Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Kondisi dari situs peninggalan kerajaan Sriwijaya ini hanya tersisa reruntuhan candi yang telah tertimbun.

Di sekitar candi, ditemukan puluhan keramik, benteng tanah sekitar tiga meter, parit di bawah benteng yang mirip dengan terowongan, pendopo, dan beberapa potongan arca. Tak banyak sumber yang mengungkap keberadaan situs sejarah ini. Namun, kita bisa mendapatkan informasi dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya lain yakni Prasasti Kota Kapur.

Prasasti yang memiliki angka tahun 608 saka ini, merupakan prasasti sumpah dengan bentuk lingga dan ditulis dalam aksara palawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini ditemukan oleh seorang administrator asal belanda yakni JK.Fander Meulend pada tahun 1892. Pada akhir prasasti dipahat tanggal 23 April 686, tanggal tersebut adalah saat Bala Sriwijaya berangkat menyerang Jawa.

4. Candi Muara Takus

candi muara takus

Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamayan XII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini merupakan candi Buddha tertua di Pulau Sumatra. Salah satu bukti bahwa candi ini adalah candi Buddha adalah adanya stupa. Stupa sendiri merupakan lambang dari Budha Gautama. Stupa pada candi ini diduga memiliki kemiripan dengan stupa yang ada di Vietnam, Myanmar sa Srilanka. Candi Muara Takus diperkirakan dibangun pada abad ke-4 hingga ke-11 Masehi. Di mana pada abad tersebut berdirinya Kerajaan bercorak maritim yakni Kerajaan Sriwijaya.

Terdapat dua pendapat mengenai asal usul nama dari candi ini. Pendapat pertama mengatakan bahaa candi ini berasal dari nama sungai kecil yakni Sungai Takus. Sementara itu, pendapat kedua mengatakan bahwa candi berasal dari dua kata yakni Muara dan Takus.

Muara memiliki arti tempat akhir dari aliran sungai. Sementara itu, takus berasal dari Bahasa China yakni Takuse. Ta berarti besar ku memiliki arti tua atau candi dan se artinya kuil tua. Maka, jika dirangkaikan memiliki arti kuil tua yang berukuran besar dan terdapat pada muara sungai.

Candi Muara takus terbuat dari batu bata merah dengan perekat dari telur ayam. Di mana pada bagian candi ini, terdapat sebuah tembok yang mengelilingi candi ini. Pada kompleks candi terdapat 4 candi dengan memiliki ciri khas masing-masing. Adapun ke empat dari candi inu adalah Candi Mahligai, Candi Bungsu, Candi Sulung dan Candi Palangka.

5. Candi Muaro Jambi

candi muaro jambi

Candi Muaro Jambi merupakan candi yang berada di Kecamatan Maro Selo, Kabupaten Muaro Jambi. Candi ini memiliki luas 12 km dan panjang lebih dari 7 km. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-7 hingga abad ke-12 masehi. Sejarah pada candi ini tak lepas dari dua kerajaan besar yakni Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.

Pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya, mereka membangun beberapa candi yang salah satunya adalah candi Muaro Jambi. Sayangnya, setelah Kerajaan ini mengalami keruntuhan, beberapa jejak peninggalan kerajaan ini mulai hilang. Termasuk juga Candi Muaro Jambi. Candi ini kemudian dilaporkan pada tahun 1824 oleh S.C Crooke saat dirinya melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Lalu, candi ini dilakukan pemugaran oleh R. Soekmono.

Candi Muaro Jambi termasuk ke dalam candi terluas di Asia Tenggara bahkan luas candi ini 8 kali lebih luas dari Candi Borobudur. Di dalam kompleks candi ini ditemukan beberapa candi dan menopo. Di mana di antara banyaknya candi dan menopo, 9 di antaranya telah dilakukan pemugaran.

Situs sejarah yang proses pembuatannya hanya menggunakan air dan matahari ini, ternyata termasuk ke dalam warisan dunia menurut UNESCO. Sayangnya, keberadaan candi ini tak dirawat dengan baik. Terdapat beberapa industri dan kegiatan lain di sekitar komplek candi yang membuat candi ini semakin rusak.

Itulah 5 candi peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. Kelima candi ini menandakan bahwa Kerajaan Sriwijaya pada saat itu telah banyak menanamkan pengaruh pada sejumlah daerah. Bahkan tak hanya candi saja, ada pula beberapa prasasti yang menggambarkan bagaimana Kerajaan ini memiliki pengaruh besar di Nusantara pada saat itu.

Sponsors Link
, ,
Post Date: Thursday 17th, March 2022 / 04:04 Oleh :
Kategori : Sejarah