Sponsors Link

Kenali 6 Bangunan Peninggalan Jepang di Indonesia yang Bersejarah

Sponsors Link

Jepang saat menjajah Indonesia dikenal akan kebengisan dan kekejamannya. Kediktatoran Jepang sangat menghantui masyarakat Indonesia kala itu.

ads

Sebagai penjajah kedua setelah Belanda, Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Dan meninggalkan sejumlah bangunan di Indonesia. Dan berikut ini peninggalannya.

1. Tugu Perdamaian

Tugu Perdamaian

Untuk menuju tempat ini, Anda bisa berkunjung di Jalan Soekarno Hatta Km 13 Balikpapan. Kedua artefak Jepang di Indonesia ini terletak di hutan yang harus dicapai dengan berjalan kaki untuk pertama kalinya.

Meskipun hanya dapat diakses dengan berjalan kaki, Anda tidak perlu khawatir. Ada tangga kecil yang harus dilalui tapi tetap hati-hati karena banyak lumut dan jalanan licin.

Situs bersejarah ini memang terlihat terabaikan. Selain lokasinya di dalam hutan, penjaga atau penjaga setempat juga dilaporkan jatuh sakit.

Monumen Perdamaian dan makam simbolis dibangun untuk mengenang pengorbanan tentara Jepang, Australia, dan Indonesia selama Perang Dunia II.

Di tugu perdamaian tersebut, terdapat tulisan kanji yang ditulis oleh Bapak Towa Kai pada 15 Agustus 1990 dan keterangannya yang berbunyi “Monumen Perdamaian dan Persahabatan Untuk Mengenang Orang Jepang, Indonesia, Australia Yang Gugur di Daerah Balikpapan Tersebut Semasa Perang Dunia Ke II”. Untuk makamnya sendiri, diduga kuat berisi seorang tentara Jepang yang gugur dalam Perang Dunia II. Meskipun begitu, ada pula yang menyebut makam tersebut sifatnya hanya simbolis saja.

2. Bunker Jepang

Bunker Jepang

Peninggalan Jepang di Indonesia berupa bunker in berada di Barak Prajurit Batalyon Infanteri atau Yonif 600/Raider. Terdapat dua bunker di lokasi tersebut, namun jaraknya sedikit berjauhan. Ketika periode Perang Dunia II silam bunker tersebut sangat bermanfaat sebagai tempat pertahanan untuk pasukan Jepang.

Untuk bunker pertama bentuknya cukup besar dan suasananya di dalamnya terlihat sedikit berantakan mengingat bunker tersebut sudah lama tidak digunakan. Dan sepertinya para warga dan masyarakat setempat tidak mengurusnya.

Sedangkan untuk bunker kedua ukurannya lebih kecil dan hanya tersisa reruntuhannya saja. bahkan bunker tersebut berada di tengah area kebun jagung milik warga.

3. Gua Klungkung

Gua Klungkung

Meninggalkan pulau Kalimantan, ternyata ada gua Jepang di Indonesia yang terletak di Bali atau lebih tepatnya di Kabupaten Klungkung. Lokasinya benar-benar sangat strategis, apalagi sebagai pangkalan perang.

Dibuat di dinding tebing dari Jalan Denpasar ke pinggiran Semarapura dengan sungai yang disebut Tukad Bubuh di atasnya.

Ketika tentara Jepang memasuki wilayah Bali, Gua Klungkung dibangun sebagai tempat berlindung tentara Jepang untuk melindungi diri dari serangan musuh dan pejuang nasionalis Indonesia.

Ada 16 lubang cabang dengan kedalaman sekitar 14 meter dan 2 lubang cabang lagi tetapi tidak berhubungan. Satu buah berada di ujung selatan dan yang lainnya di ujung utara, sedangkan lubang lainnya dihubungkan oleh saluran yang memanjang ke selatan dan arah.

Konon, ada banyak tentara yang tewas di tempat tersebut di antaranya yaitu para warga sipil, para tahanan perang, dan prajurit yang didakwa tidak becus dalam menjalankan tugasnya juga akan dieksekusi mati. Karena banyak kekejaman yang dilakukan semasa itu, warga setempat mengaku sering mendengar suara, gerak langkah kaki serentak dan banyangan tanpa kepala.

4. Goa Jepang Bukittinggi

Goa Jepang Bukittinggi

Situs peninggalan Jepang di Indonesia ini terletak di Taman Panorama yang masih berada di kawasan Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Jika ingin berwisata melihat menara jam juga mudah untuk masuk ke dalam goa karena letaknya yang sangat dekat sehingga hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki.

Sekitar 21 lubang membawa pengunjung ke ruangan-ruangan tertentu dengan fungsinya masing-masing, masing-masing masih terhubung satu sama lain. Selain tempat eksekusi yang pernah digunakan untuk menginterogasi musuh, ada juga sel yang digunakan sebagai kuburan massal.

Ada juga ruangan yang dianggap paling menakutkan yaitu dapur, yang berbeda dengan dapur tempat Anda biasanya memasak, tetapi dalam warisan Jepang di Indonesia, dapur adalah tempat orang untuk menyembelih. Di masa lalu, pekerja romusha yang sakit atau sekarat dikirim ke dapur untuk pemotongan lebih lanjut.

Mayat maupun potongan tubuh mereka yang dimutilasi tersebut dibuang melalui salah satu lubang yang terhubng ke sebuah sungai di Bukittinggi, Ngarai Sianok. Adanya peristiwa mengerikan tersebut tentunya menjadikan suasana di sekitar Gua Bukittinggi masih kental akan nuansa mistis, horror dan mencekam. Beberapa pengalaman mistispun kerap dialami oleh para pengunjung.

5. Bandara Frans Kaisiepo

Bandara Frans Kaisiepo

Mengutip laman resmi Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud, Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak, Papua, pernah menjadi bandara dengan landasan pacu terpanjang di Indonesia. Panjang runway mencapai 3.570 meter dan lebar 40 meter, ukuran bandara yang terbilang sangat besar di era pasca-Perang Dunia II.

Karena runway yang panjang, bandara ini bahkan pernah dijadikan bandara internasional untuk keperluan transit pesawat dari Jakarta dan beberapa negara Asia menuju Amerika Serikat sebelum menyebrangi Pasifik.

Menilik sejarahnya, Bandara Biak dibangun oleh Jepang pada tahun 1943 untuk menunjang armada pesawat tempur di Perang Pasifik. Bandara ini juga sedianya dibangun Jepang sebagai batu loncatan untuk menyerang Australia.

6. Bandara Sugimanuru

Bandara Sugimanuru

Bandara Sugimanuru adalah bandara kecil yang terletak di pulau Mua di Kabupaten Simuna di Sulawesi Tenggara. Bandara tersebut kini dikelola oleh Kementerian Perhubungan.

Seperti halnya Bandara Biak, Bandara Sugimanuru juga dibangun oleh Jepang untuk keperluan militer guna mendukung perluasan Perang Pasifik, khususnya di wilayah Laut Jawa dan Laut Banda. Setelah Jepang pergi, bandara ini terbengkalai hingga kembali digunakan untuk penerbangan perintis yang dilayani oleh Merpati Airlines pada era Orde Baru.

Landasan pacu Bandara Sugimanuru relatif kecil, hanya panjang 750 meter dan lebar 23 meter. Meski kecil, bandara ini merupakan bandara terdekat dengan Raha, kota terbesar di Pulau Muna.

Selama ini masyarakat di Pulau Muna sangat bergantung pada penerbangan dari Bandara Batoambari di Baubau dan Bandara Haluoleo di Kendari.

Sponsors Link
, ,
Post Date: Wednesday 25th, May 2022 / 06:20 Oleh :
Kategori : Sejarah