Sponsors Link

Puputan Margarana: Sejarah dan Latar Belakang dan Tokoh

Sponsors Link

Latar Belakang dan Tujuan Penyebabnya

Peristiwa di balik perang ini adalah kedatangan pasukan Belanda membonceng sekutu tidak lama setelah Indonesia merdeka. Kedatangan negara asing tersebut tentu saja membuat masyarakat geram dan resah. Sebab, negara asing terus ngotot mempertahankan Indonesia sebagai salah satu bawahannya.

ads

Sementara itu, masyarakat tentu tidak mau lagi berada di bawah bayang-bayang Belanda. Bahkan tidak segan-segan memerangi negara asing yang melanggar kedaulatan Indonesia. Untuk itu, terjadi perlawanan di berbagai bidang. Untuk meredakan situasi ini, partai politik Indonesia dan Belanda kemudian mengadakan pertemuan yang mengarah pada Perjanjian Linggadjati.

Salah satu isi dari perjanjian saling pengakuan adalah bahwa Belanda mengakui Jawa, Madura dan Sumatera sebagai wilayah Indonesia. Artinya Bali bukan termasuk wilayah Indonesia, karena Belanda hanya mengetahui tiga wilayah tersebut. Tentu saja hal itu mengecewakan masyarakat Bali. Tetapi pada saat itu, tidak banyak yang bisa dilakukan orang.

Kronologi dan Sejarah

Untuk memenuhi misinya mendirikan Negara Indonesia Timur, Belanda berkampanye untuk mengajak Raja Bali dan para petingginya untuk bekerja sama. Salah satunya adalah I Gusti Ngurah Rai. Saat itu, ia adalah komandan resimen Kepulauan Sunda Kecil di Indonesia. Namun, dia adalah seorang pejuang yang menghargai ksatria. Tanpa pikir panjang, dia dengan tegas menolak tawaran dari Belanda. Namun demikian, dia memutuskan Indonesia.

Pada akhirnya, sebagai orang normal, saya menyadari bahwa Gusti Ngurah Rai lebih baik berkelahi daripada tawar-menawar. Bersama anggota terpenting MBO DPRI, I Gusti Ngurah Rai menyerang markas Belanda. Terutama masyarakat Tabanan. Tampaknya bocor sebelum menjalankan rencana. Belanda kemudian memindahkan pusat komando ke Bengkel Anyar. Tentu saja hal ini tidak menyurutkan tekad Bali untuk menyerang Belanda. Sejak akhir Mei 1946, mereka mengadakan long march ke Gunung Agung.

Tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian Belanda dan memfasilitasi kontak dengan Jawa. Selama long march dari bulan Juni sampai Juli, pasukan besar menembaki tujuh kali dengan Belanda. Pertempuran paling sengit terjadi  pada tanggal 9 Juli 1946 di Tana Aron, Karangasem. Sedikitnya empat anggota tewas dan beberapa hilang. Pada akhir Juli 1946, pasukan I Gusti Ngurah Rai berkumpul untuk membuat rencana lebih lanjut. Kemudian, dalam pertemuan itu mereka sepakat untuk membagi tentara menjadi beberapa kelompok sesuai dengan wilayahnya masing-masing.

Komandan kembali ke daerah Tabanan dengan pasukannya. Masing-masing tim menggunakan taktik gerilya untuk menyerang markas Belanda. Mereka juga melucuti senjata Belanda. Seperti yang dilakukan tentara I Gusti Ngurarai di Tabanan pada 18 November 1946. Keesokan harinya, wajar jika Belanda menyerang desa Marga, markas tentara I Gusti Ngurah Rai. Sebagai tindakan pencegahan, ia kemudian membentuk Tentara Ciung Wanara. Rupanya berita lebih dari sekadar desas-desus. Tanggal 20 November 1946, Belanda sudah mengepung desa Marga sejak dini hari.

Amunisi pertama terdengar sekitar pukul 9 pagi. Kemudian terjadi baku tembak antara tentara Ciung Wanara dengan tentara Belanda. Awalnya, mereka berhasil melumpuhkan tentara utama Belanda. Sayangnya, banyak hal berubah dengan cepat. Rupanya alien telah meminta bantuan dari tentara Makassar untuk menjatuhkan bom di medan perang. Situasi semakin buruk dan parah. Hal itu tidak mengintimidasi I-Team Gusti Ngurah Rai. Itu pasti diikuti melawan Belanda.

Tentara dari Ciung Wanara melakukan yang terbaik. Tetapi keterbatasan tentara dan senjata tampaknya membuat mereka semakin putus asa. Tentara Belanda akhirnya mampu mengusir tentara I Gusti Ngurah Rai. Korban dari kedua belah pihak tidak terhitung. Semua pasukan di Ciung Wanara gugur dalam pertempuran. Termasuk Panglima I Gusti Ngurah Rai. Oleh karena itu, pada tahun itu disebut Puputan Margarana karena perang sudah sampai ke titik darah penghabisan. Saat ini, lebih dari 300 tentara tewas di pihak Belanda.

Tokoh Puputan Margarana

I Gusti Ngurah Rai adalah pahlawan nasional Bali. Terkenal dengan gagasan perang Puputan Margarana. Artinya perang total di wilayah Margarana, daerah terpencil Kabupaten Tabanan, Bali. Berkat usahanya yang gigih untuk melawan Belanda, Bali menjadi salah satu kekuasaan Indonesia (hanya Sumatera, Jawa dan Madura yang diterima ke dalam kekuasaan Indonesia setelah perjanjian Lingarjati).

I Gusti Ngurah Rai diberi gelar Bintang Mahaputra dan Brigadir Jenderal TNI. Beliau wafat dalam usia 29 tahun dan diberi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden 63/TK/1975 Republik Indonesia pada tanggal 9 Agustus 1975. Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Kota Bali.

Dampak Perang Puputan Margarana

Banyak orang meninggal akibat perang ini dan akhirnya Belanda menguasai daerah tersebut. Tapi apa yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Rai adalah benar. Lebih baik mati setelah berjuang keras daripada tidak  melakukan apa-apa. I Gusti Ngurah Rai mengorbankan banyak pasukannya selama perang ini, bahkan  dirinya sendiri.

Kesimpulan

Pertempuran Puputan Margarana adalah salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda selama Revolusi Nasional Indonesia pada tanggal 20 November 1946. Pertempuran  dipimpin oleh Kapten I. Gusti Ngurai, kepala Kepulauan Sunda Kecil.

Pasukan TKR di daerah itu melawan pasukan Belanda yang kembali. Setelah kekalahan Jepang, tentara Belanda kembali menguasai daerah-daerah yang diduduki Jepang selama Perang Dunia II. Akibat perang ini, semua pasukan, termasuk I Gusti Ngurah Rai, yang kemudian dikenang sebagai salah satu pahlwan nasional Indonesia. Puputan Margarana adalah awal kemerdekaan, tewas dan Belanda berhasil mendirikan provinsi timur Indonesia.

Sponsors Link
, ,
Post Date: Monday 31st, January 2022 / 04:06 Oleh :
Kategori : Sejarah