Sponsors Link

Candi Kidal : Sejarah-Ciri-Ciri dan Fungsi

Sponsors Link

Setelah mengetahui candi Singosari, kita masih akan membahas peninggalan dari Kerajaan Singosari. Candi ini adalah Candi Kidal yang masih berada di daerah Malang. Pernah mendengar namanya? Jika belum, simak informasi lengkap mengenai Candi Kidal di bawah ini.

ads

Pengertian Candi Kidal

Salah satu peninggalan kerajaan Singosari selain Candi Singosari adalah candi Kidal. Candi ini dibangun sekitar tahun 1248 Masehi. Candi berlatar Hindu ini berada sekitar 20 kilometer sebelah timur dari Kota Malang atau lebih tepatnya ada di desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Candi ini memiliki denah bujuh sangkar dengan sisi berukuran 8,36 meter dan memiliki penampil serta tangga masuk di bagian barat. Candi kidal memiliki bentuk bangunan yang ramping seperti candi gaya Jawa Timur pada umumnya. Kaki candi berukuran agak besar dan tinggi sementara tubuh candi berbentul seperti piramida dan puncaknya dari kubus.

Ciri-Ciri Candi Kidal

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa candi ini berdenah bujur sangkar. Bangunan Candi ini terbuat dari batu andesit sementara bagian inti pondasi, batur, serta kaki terbuat dari kaki.

Pada setiap sudut kaki dan penampil dihiasi dengan arca singa. Itulah gambaran umum dari Candi Kidal. Adapun gambaran atau ciri-ciri khusus dari candi ini adalah sebagai berikut.

  1. Kaki Candi

Kaki Candi Kidal memiliki ukiran 6,82 meter dengan tinggi sekitar 1,94 meter. Untuk mencapai selasar pada lantai kaki candi, maka dibuatlah tangga batu tepat di hadapan pintu. Pada sisi kiri dan kanan anak tangga pertama terdapat badug atau tembok rendah yang berbentuk siku.

Badug ini berfungsi untuk menutup sisi samping dan sebagian sisi depan kaki tangga. Sementara itu, di sekeliling kaki candi diberi hiasan pahatan berupa motif medalion yang berjajar dan diselingi dengan bingkai motif bunga dan sulur.

Kemudian, pada bagian kiri dan kanan pangkal tangga, terdapat patung binatang yang jika dilihat mirip dengan singa dengan posisi duduk seperti manusia dengan posisi satu tangan diangkat ke atas.

Selain itu, adapula pahatan relief garudeya yang terletak pada sumbu utara, timur serta selatan kaki candi. Menurut Bernet Kempers, relief ini harus dibaca dengan prasawya atau berkebalikan dengan arah pada jarum jam.

2. Badan Candi

Badan Candi Kidal memiliki ukiran 5,3 m dan tinggi 4,92 m. Badan candi ini berada di atas kaki candi. Pada bagian barat badan candi, terdapat pintu dan relung kosong yang memiliki atap meru pada bagian kanan dan kirinya.

Begitupun pada sisi utara, timur serta selatan yang memiliki relung beratap meru. Hanya saja memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan pada bagian barat.

Dinding pada badan candi ini dihiasi dengan medalion dan ragam hias timbuh-tumbuhan, bunga-bungaan serta sulur-suluran. Sementara itu, badan candi dililit dengan hiasan pelilit rata dan kala distilir. Pada badan candi juga terdapat bilik yang memiliki atap berbentuk piramida dengan ukuran 1,9 m x 1,9 m dengan tinggi sekitar 2,6 m.

Pintu pada candi ini menghadap ke arah barat dan dilengkapi dengan bilik penampil dengan berhias kepala kala pada bagian atas ambangnya. Hiasan kepala kala ini terlihat menyeramkan dengan mata melotot, mulut terbuka serta terdapat dua buah taring.

Pada bagian kiri dan kanannya terdapat jari tangan dengan sikap mengancam yang semakin menambah kesan menyeramkan. Selain itu, di dalam bilik candi juga terdapat yoni.

3. Atap Candi

Atap pada Candi Kidal memiliki bentuk kotak yang bersusun tiga, di mana semakin ke atas akan semakin mengecil. Puncak pada atap ini tidak runci melainkan berbentuk persegi.

Puncak atap Candi Kidal juga tidak seperti candi yang dihiasi stupa. Hanya pada bagian sisi tepinya saja yang diberikan hiasan dari ukiran bunga dan sulur-suluran.

Sejarah Candi Kidal

Candi Kidal merupakan candi peninggalan Kerajaan Singosari sebagai bentuk penghormatan terhadap Raja Anusapati. Candi ini diperkirakan dibangun pada tahun 1248 Masehi. Keberadaan candi ini tak lepas dari peristiwa kematian Anusapati. Maka dari itu, sejarah pada candi ini memiliki dua versi yakni sebagai berikut.

1. Berdasarkan Kitab NagaraKertagama

Berdasarkan kitab yang merupakan karya dari Empu Prapanca ini, bahwa Anusapatk merupakan anak dari pendiri kerajaan Singosari. Dia kemudian naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 1227.

Rakyat mengalami kemakmuran pada masa pemerintahan Anusapati. Kemudian, Anusapati meninggal pada tahun 1248 dan digantikan oleh anaknya yakni Wisnuwardhana. Untuk mengenang dan menghormati ayahnya, maka dibuatlah Candi Kidal.

2. Berdasarkan Kitab Pararaton

Menurut kirab ini, Anusapati dikisahkan merupakan anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Ayahnya, dibunuh oleh Ken Arok dan ibunya dinikahi oleh Ken Arok saat dia berada di kandungan. Ken Arok juga berhasil menjadi raja menggantikan Tunggul Ametung.

Saat Anusapati besar, dirinya merasa diperlakukan tak adil oleh Ken Arok. Maka dari itu, dia bertanya kepada ibunya. Akhirnya ia mengetahui bahwa dirinya bukan anak kandung dari Ken Arok dan Ken Arok lah yang membunuh ayahnya.

Oleh karena itu, Anusapati berniat membalas dendam drngan menggunakan keris Empu Gandring. Berkat keris dan bantuan seseorang, dia berhasil menyingkirkan Ken Arok dan berhasil naik tahta.

Pembunuhan ini berusaha disimpan rapi oleh Anusapati dari anak Ken Arok. Namun, yang namanya bangkai tetap saja tercium. Anusapati tewas dibunuh Tohjaya yang merupakan anak Ken Arok. Saat itu, Tohjaya mengajaknya mengadu ayam.

Namun tanpa diduga, Tohjaya menusuknya menggunakan keris Empu Gandring. Setelah Anusapati meninggal, Tohjaya naik tahta menggantikannya. Sayangnya, pemerintahan Tohjaya tak berlangsung lama karena terjadi pemberontakan dari Ranggawuni yang merupakan anak Anusapati.

Fungsi Candi Kidal

Sama seperti Candi lain yang berada di Jawa Timur. Candi Kidal juga digunakan sebagai dharma atau kuburan seorang raja yakni Anusapati. Hal ini dikarenakan fungsi candi ini disebutkan dalam kitab Negarakertagama, di mana Candi Kidal digunakan untuk mendharmakan Raja Anusapati.

Selain itu, candi ini juga digunakan sebagai peruwatan kepada Ibu Anusapati yakni Ken Dedes. Peruwatan ini terlihat dari penggambaran pada relief Garudeya. Peruwatan ini dilakukan sebagai bentuk kasih sayang Anusapati kepada Ibunya, yang selama hidupnya kerap mendapatkan penderitaan. Dalam kepercayaan Jawa, Peruwatan memiliki fungsi agar raja kembali suci dan menjadi dewa.

Relief Candi Kidal

Candi Kidal dihiasi dengan hiasan berupa medalion, ragam hias tumbuh-tumbuhan, bunga, serta sulur. Selain itu, ada pula relief yang terkenal pada candi ini yakni relief garudeya. Relief yang menggambarkan perjuangan anak dalam membebaskan ibunya dari penderitaan.

Fakta Candi Kidal

  1. Melekat dengan Mitos Garudeya

Salah satu relief yang terdapat pada candi ini adalah garudeya. Ternyata relief ini bukan sembarang relief. Relief ini berkaitan dengan mitos yang berkembang pada masyarakat Jawa Hindu.

Di mana mengisahkan perjuangan seorang anak yang membebaskan ibunya dari penderitaan. Kisah ini selaras dengan kisah Anusapati yang begitu menyayangi Ibunya yakni Ken Dedes.

Di mana selama hidupnya Ken Dedes sering mengalami penderitaan. Maka dari itu, sebagai bentuk kasih sayang diadakanlah peruwetan kepada Ken Dedes. Dengan harapan Ken Dedes kembali suci dan menjadi dewa.

2. Tidak Memiliki Stupa

Bentuk bangunan dari candi Kidal tergolong unik. Sebab, bangunan pada candi ini tak seperti bangunan pada candi kebanyakan. Candi kidal tidak memiliki stupa. Bagian atap candi ini berbentuk persegi bersusun. Pada sisi atap hanya diberi hiasan atau ornamen.

Kesimpulan

Setelah menyimak pembahasan mengenai candi kidal maka dapat ditarik kesimpulan bahwa candi ini memiliki sejarah yang berkaitan dengan Anusapati. Candi yang berada di Kota Malang ini, rupanya didirikan sebagai bentuk penghormatan atas Anusapati dan penggambaran kasih sayang Anusapati kepada Ibunya yakni Ken Dedes.

Arsitektur pada candi ini tergolong unik karena berbeda dari candi pada umumnya. Badan candi Kidal berada di atas kaki candi. Di mana pada bagian badan candi ini memiliki patung singa yang menyeramkan. Patung ini diibaratkan seperti penjaga candi.

Selain itu, pada atap candi memiliki bentuk persegi dengan bersusun. Semakin tinggi susunan, maka bentuknya akan semakin mengecil. Menariknya, pada bagian puncak candi tidak terdapat stupa. Puncak candi dibiarkan datar dan dihiasi ornamen pada setiap sisinya.

Itulah sejumlah informasi mengenai candi yang berasal dari Malang ini. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Jangan lupa untuk berkunjung ke candi ini jika datang ke daerah penghasil apel hijau ini.

Sponsors Link
, ,




Post Date: Thursday 16th, December 2021 / 09:17 Oleh :
Kategori : Sejarah