Candi Brahu : Sejarah-Ciri-Ciri dan Fungsi
Saat menyebut nama Candi Brahu, tentunya kalian akan merasa asing. Sebab, candi jarang sekali disebut dalam mata pelajaran sejarah. Namun, candi ini memiliki sejarah dan banyak keunikan yang seru jika dibahas loh. Apa saja sejarah dan keunikan dari candi ini? Selanjutnya akan dibahas berikut ini.
Pengertian Candi Brahu
Nama Candi Brahu berasal dari kata Wanaru atau Wanahu. Nama ini terdapat dalam sebuah bangunan suci yakni prasasti Alasantan. Prasasti yang keberadaanya tak jauh dari lokasi Candi Brahu.
Berdasarkan cerita dari masyarakat sekitar, candi ini merupakan sebuah tempat pembakaran jenazah para raja-raja. Sayangnya, ketika para pakar meneliti hal tersebut tak menemuka bekas abu dari mayat di dalam candi ini.
Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu merah. Candi yang dibangun dengan gaya Buddha ini memiliki ukuran panjang sekitar 22,5 m dan lebar 18 m dengan tinggi 20 meter.
Posisi Candi Brahu menghadap ke arah barat. Candi ini diperkirakan didirikan pada abad ke-15, namun hal ini masih banyak menimbulkan perbedaan di kalangan para ahli.
Ciri-Ciri Candi Brahu
Secara umum, Candi Brahu memiliki bentuk bangunan yang ramping dengan atap terdiri dari perpaduan beragam tingkatan. Sementara untuk puncak atapnya berbentuk kubus. Adapun, secara lebih lengkap, ciri-ciri pada Candi Brahu adalah sebagai berikut.
- Bagian Kaki
Candi ini memiliki bagian kaki yang berukuran 17 x 17 meter. Pada bagian kaki terdapat bingkai bawah dan bingkai atas. Di mana bingkai atas ini merupakan tempat berdirinya tubuh candi.
Bingkai-bingkai ini terdiri dari sisi genta dengan berbentuk setengah lingkaran serta memiliki pelipit rata. Kaki Candi ini memiliki dua tingkat dengan terdapat tangga yang menuju ke arah dalam candi.
2. Bagian Tubuh
Bagian tubuh candi ini memiliki ukuran 10 x 10,5 meter dengan tinggi 9.6 meter. Tubuh Candi Brahu memiliki sudut yang banyak, tumpul dan ditekuk. Pada bagian tengahnya agak sedikit mengecil sehingga candi ini terlihat lebih ramping. Sementara, pada bagian depan diberi pola susunan batu untuk mempertegas.
Di bagian dalam candi terdapat ruangan dengan memiliki luas sebesar 4 x 4 meter. Sebagian tubuh dari Candi ini mengalami kerusakan seperti lantai pada ruangan dalam.
Di dalam ruangan ini juga pernah ditemukan sisa-sisa arang yang kemudian dibawa ke BATAN. Bangunan pada bagian tubuh kebanyakan merupakan hasil dari pemugaran oleh pemerintah Belanda karena banyak yang rusak.
3. Bagian Atap
Candi Brahu memiliki atap yang terdapat banyak sudut dan pada bagian atasnya berbentuk datar. Atap pada candi ini memiliki ketinggian 6 meter. Hiasan pada bagian sudut tenggara atap mengalami kerusakan sehingga berbentuk lingkaran.
Bagian yang rusak tersebut diduga merupakan sisa dari stupa. Candi Brahu dibangun dengan merekatkan batu-batu sehingga dapat membentuk candi yang presisi dan enak dilihat.
Sejarah Candi Brahu
Candi ini dibangun oleh Mpu Sendok yang saat itu merupakan raja dari Kerajaan Mataram Kuno. Hal ini terdapat dalam sebuah prasasti yang tak jauh dari lokasi candi ini yakni sekitar 45 meter sebelah barat Candi Brahu.
Di dalam prasasti Alasangan disebutkan kata Warahu atau Wanaru yang meruoakan sebuah bangunan suci untuk keagamaan. Dari kata tersebutlah dihubungkan dengan kata Brahu pada Candi ini.
Candi Brahu diperkirakan telah ada pada masa Hayam Wuruk. Candi ini merupakan salah satu candi yang diduga dibangun sebelum pemerintahan Majapahit ada dalam lingkungan Triwulan.
Makanya, candi ini diperkirakan ada pada masa Hayam Wuruk bahkan sudah ada pada masa Raja Brawijaya I. Oleh karena itu, candi ini diperkirakan menjadi candi yang pertama kali dibangun di situs sejarah Trowulan.
Sementara itu, pada masa kerajaan Majapahit candi ini digunakan untuk sembahyang dan berdoa. Hal ini dibuktikan dengan adanya benda-benda yang terbuat dari logam dan biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Dari segi struktur, Candi ini merupakan Candi Budha. Hal ini dikarenakan adanya penemuan sisa-sisa reruntuhan stupa pada bagian atap. Stupa sendiri merupakan ciri khas dari candi Buddha.
Fungsi Candi Brahu
Menurut masyarakat sekitar, candi ini digunakan untuk membakar jenazah raja Majapahit. Namun, pendapat ini tak berlandaskan bukti karena tak ditemukan sisa abu di dalam bagian candi. Kemudian berdasarkan prasati Alasantan, candi ini kerap digunakan untuk ritual keagamaan seperti sembahyang dan berdoa.
Selain itu, digunakan pula untuk ritual acara tertenti yang ada kaitannya dengan keagamaan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya sejumlah barang dari logam yang biasa dipakai dalam ritual keagamaan. Selain itu, hingga sekarang candi masih digunakan untuk menyimpan sesaji. Sesaji akan diletakkan pada bagian pintu candi.
Relief Candi Brahu
Candi Brahu memiliki relief yang menggambarkan sekretisme antara agama Buddha dan agama Hindu. Dengan adanya penggambaran dua agama ini, maka candi ini dirawat oleh umat Hindu dan umat Buddha. Selain itu, di dalam bangunan candi terdapat pula relief berupa penggambaran pada tokoh-tokoh yang menyerupai wayang kulit.
Fakta Candi Brahu
- Terdapat Bangunan Lain
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa tak jauh dari Candi Brahu terdapat Prasasti Alasantan. Prasasti ini yang kemudian menyebutkan penamaan dari Candi Brahu.
Selain terdapat prasasti, tak jauh dari candi ini, terdapat beberapa candi lain seperti Candi Gentong, Candi Gedong dan Candi Tengah. Candi Gentong sendiri memiliki jarak sekitar 360 meter dari candi ini.
Sementara itu, Candi Gedong dan Candi Tengah bangunannya sudah tak bersisa lagi. Meskipun hanya satu candi yang masih ada, namun pada sekitaran candi Brahu ditemukan sejumlah barang yang diduga berasal dari Kerajaan Majapahit.
Barang itu seperti lempengan prasasti sebanyak 4 buah, Arca agama Buddha sebanyak 6 buah, piring dari perak dan terdapat tulisan kuno, serta beberapa perhiasan dari emas dan perak.
2. Masyarakat Sekitar Candi
Sekitar Candi Brahu terdapat pemukiman penduduk yang tersebar di daerah pegunungan dan lembah sungai. Di daerah ini masih jarang terdapat penduduk karena warga yang menetap di sini kebanyakan merupakan golongan bangsawan serta pemuka agama.
Meskipun begitu, masyarakat di sini sangat menghargai kebudayaan yang diwariskan leluhur. Mereka begitu patuh dan taat pada ajaran agama yang dianut.
Jika dapat digambarkan, keadaan masyarakat di sini mungkin tak beda jauh dengan keadaan masyarakat pada masa kerajaan Majapahit dulu. Sebab, sistem masyarakat di sini pun masih sama menggunakan sistem yang sama dengan sistem masa kerajaan Majapahit dulu.
Kesimpulan
Candi Brahu merupakan candi yang berada situs Trowulan. Candi ini diperkirakan telah ada pada masa Hayam Wuruk. Nama candi ini disebut dalam sebuah prasasti yang tak jauh dari lokasi candi ini yakni prasasti Alasantan.
Prasasti ini menyebutkan bahwa terdapat sebuah bangunan yang dipakai dalam acara keagamaan yang dinamakan dengan Wanaru atau Warahu. Kata tersebutlah yang kemudian disangkut pautkan dengan candi Brahu. Selain itu, disebutkan pula bangunan tersebut dibangun atas perintah raja Empu Sendok.
Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu merah dan gaya Buddha karena terdapat stupa. Candi ini memiliki bentuk bangunan yang ramping dan terdiri dari 3 bagian yakni kaki, tubuh dan atap. Pada bagian kaki terdapat bingkai atas dan bingkai bawah yang menjadi tempat berdirinya tubuh candi.
Sedangkan tubuh candi memiliki banyak sudut, bertekuk dan tumpul. Pada bagian tengah candi, memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga tubuh candi terlihat ramping. Sedangkan pada bagian atap, memiliki banyak sudut dan bagian paling atas berbentuk datar.
Itulah informasi mengenai candi Brahu yang tak banyak diketahui. Jangan lupa untuk berkunjung secara langsung agar menambah wawasan serta pengetahuan sejarah kalian. Apalagi lokasi Candi Brahu mudah ditemui yakni berada di sebelah kanan jalan.