Sponsors Link

Candi Kedaton : Sejarah-Arsitektur dan Fungsi

Sponsors Link

Pernah mendengar nama Candi Kedaton? Candi yang ternyata tak hanya memiliki satu tempat saja melainkan 3 tempat sekaligus. Lalu, bagaimana sejarah dan di mana saja lokasi dari candi ini? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

ads

Pengertian Candi Kedaton

Candi Kedaton merupakan candi peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Di Indonesia, candi ini terdapat 3 candi dengan nama Kedaton namun masing-masing memiliki wilayah yang berbeda. Namun, yang akan dibahas dalam artikel ini adalah Candi Kedaton yang ada di daerah Trowulan, Mojokerto.

Nama Kedaton merupakan berasal dari nama Dusun tempat candi ini ditemukan yakni Dusun Kedaton. Sedangjan Kedaton sendiri memiliki arti Kerajaan dan Singgasana. Arti ini menandakan bahwa Dusun ini merupakan Dusun tertulis karena menjadi kediaman para raja beserta keluarganya.

Menurut beberapa cerita, konon, candi ini merupakan tempat tinggal dari Dyah Wiyat dan Dyah Gayatri. Dyah Wiyat sendiri adalah putri bungsu dari Raden Wijaya dan Gayatri serta Dyah Gayatri merupakan kakak kandungnya.

Ciri-ciri Candi Kedaton

  1. Luas Bangunan

Candi Kedaton tersusun dari batu bata merah sebagaimana bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit pada umumnya. Candi Kedaton memiliki luas bangunan sekitar 1.075 meter persegi.

Bangunan pada candi ini memiliki panjang sekitar 12,5 meter dengan lebar 9,8 meter dan tinggi 1,46 meter. Bangunan candi ini berada di sisi kiri kompleks situs Kedaton. Sayangnya, bangunan ini sudah tertimbun hingga 3 sampai 4 meter di bawah tanah.

2. Penemuan pada Candi

Candi yang memiliki denah segi empat persegi panjang ini, ditemukan beberapa arterak di sekitar Candi Kedaton. Adapun penemuan tersebut adalah berupa gerabah, arca yang terbuat batu andesit, keramik asing, mata uang kepeng, emas dan juga kerangka manusia.

Kerangka manusia yang ditemukan adalah berjenis kelamin perempuan dan satu 1 kerangka manusia berjenis laki-laki yang ditemukan di dekat Sumur Upas.

Konon, kerangka manusia yang ditemukan ini diduga sudah mendapatkan pengaruh dari agama Islam. Hal ini karena terdapat jenazah yang dikubur sesuai dengan ajaran islam.

Sedangkan jenazah menurut agama Hindu biasanya dibakar bukan dikubur. Maka dari itu, diperkirakan pada masa ini sudah masuk pengaruh islam.

Sejarah Candi Kedaton

Candi Kedaton merupakan candi peninggalan Kerajaan Majapahit. Candi ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-13 Masehi. Jika dilihat dari bentuknya, candi ini diperkirakan dulunya merupakan rumah dari seseorang yang memiliki kedudukan istimewa di Kerajaan. Biasanya mereka ini adalah orang yang memiliki gelar bangsawan.

Candi Kedaton diperkirakan menjadi tempar pertemuan para punggawa menghadap raja. Di mana letaknya tersebut ada di sebelah selatan Candi Kedaton.

Di dalam candi Kedaton, terdapat sebuah lorong dan sumur yang dinamakan dengan Sumur Upas. Sumur Upas terletak di tengah-tengah candi dengan kandungan air yang mengandung racun.

Sebab, kadar racun yang tinggi, air ini hanya bisa digunakan untuk memandikan benda-benda pusaka. Pada Sumur ini terdapat gua yang dipercaya menjadi tempat bersemedi keluarga Kerajaan Majapahit. Sementara itu, lorong rahasia diduga menjadi tempat pelarian dari Kerajaan ini.

Konon, katanya, candi ini memiliki dhanyang yang berupa kala raksasa. Kala sendiri merupakan hewan sejenis kalajengking. Di mana kalajengking ini dipercaya oleh masyarakat sekitar bukan hewan yang sebenarnya melainkan lelembut.

Fungsi Candi Kedaton

Jika dilihat dari arti pada candi ini yang merupakan kerajaan dan singgasana, maka dahulunya candi ini merupakan kediaman para raja. Tentunya hal ini berlainan dengan fungsi candi pada umumnya yang biasa dipakai sebagai tempat pemujaan atau pendharmaan raja.

Bahkan ada beberapa yang menyebutkan bahwa candi ini dahulunya merulakan tempat tinggal Dyah Wiyat dan Dyah Gayatri. Namun, sekarang ini, Candi Kedaton memiliki fungsi sebagai situs sejarah yang dijadikan sebagai tempat wisata yang dikunjungi banyak pengunjung.

Fakta Candi Kedaton

  1. Sumur Upas

Di tengah-tengah situs terdapat sebuah Sumur Upas. Di mana sumur ini memiliki air yang mengandung racun yang sangat tinggi. Oleh karena itulah, air ini tidak dapat digunakan oleh masyarakat karena dspat merusak sistem saraf yang ada.

Air ini biasanya digubakan untuk mencuci benda-benda pusaka. Sumur Upas dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat latihan ksatria yang nantinya menjadi prajurit kerajaan. Tak hanya itu, konon katanya, sumur ini merupakan sebuah terowongan yang dapat menembus hingga ke laut selatan.

Sejarah candi ini, ada kaitannya dengan Kebo Iwa yang merupakan seorang patih dari Kerajaan di Bali. Saat itu, Kerajaan Majapahit ingin menaklukkan Kerajaan Bali. Namun, Kebo Iwa mampu menahan serangan dari Kerajaan Majapahit.

Kemudian, Patih Gajah Mada memiliki sebuah rencana dengan membujuk Kebo Iwa untuk datang ke Majapahit dengan iming-iming akan dinikiahi dengan seseorang pilihan raja.

Rencana yang disusun patih Gajah Mada pun berhasil, Kebo Iwa datang ke Majapahit. Saat datang ke sana, Gajah Mada memerintahkan Kebo Iwa untuk membuat sebuah sumur. Pembuatan sumur ini dengan dalih untuk dipersembahkan kepada seseorang yang akan menjadi pendamping Kebo Iwa.

Sumur itu pun berhasil dibuat namun saat sumur itu telah dibuat, Patih Gajah Mada memerintahkan pasukannya untuk menimbun sumur tersebut. Padahal di dalam sumur itu masih ada Kebo Iwa. Sayangnya, rencana ini gagal karena Kebo Iwa berhasil menangkalnya.

Patih Gajah Mada tak kehabisan akal, dia terus membuat rencana untuk membinasakan Kebo Iwa. Rencana ini pun berhasil dengan cara menaburkan bubuk kapur.

Kebo Iwa pun kehabisan nafas dan tenaganya mulai melemah. Saat tenaganya melemah, patih Gajah Mada menusukkan keris ke tubuh Kebo Iwa dan Kebo Iwa tewas terbunuh karena tak dapat melawan.

2. Umpak-Umpak

Pada bagian sebelah barat atau sekitar 200 meter dari komplek sejarah ini ditemukan sebuah umpak-umpak. Umpak-umpak ini memiliki ukuran yang besar dan memiliki jumlah sebanyak 20 buah.

Umpak-umpak ini tersusun secara memanjang dan sejajar serta berorientasi pada arah timur dan barat. Beberapa ornamen pada candi ini disimpan di salan Museum Trowulan.

Kesimpulan

Situs sejarah Candi Kedaton di Indonesia terdapat 3 buah candi dengan lokasi yang berbeda-beda. Pertama, Candi Keraton asal Probolinggo yang merupakan peninggalan agama Hindu pada akhir abad ke-14. Candi Kedaton yang ada di Probolinggo terdapat di Dusun Lawang, Kedaton, Desa Andung Biru, Kecamatan Tritis, Probolinggo, Jawa Timur.

Kemudian, lokasi candi yang kedua ada di daerah Trowulan. Candi ini merupakan sebuah batur atau pondasi yang terbuat dari batu bata merah dengan bentuk menyerupai seperti candi. Candi ini lebih tepatnya berada di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Trowulan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Sedangkan lokasi candi yang terakhir berada di Muara Jambi. Candi ini merupakan peninggalan agama Buddha yang dibangun dengan susunan batu bata merah. Lebih tepatnya candi ini berada di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

Pada artikel ini, yang akan dibahas adalah Candi yang ada di Trowulan. Di mana dahulunya candi ini merupakan tempat tinggal para raja. Di sekitar candi terdapat sebuah sumur yang memiliki sejarah yang cukup menarik. Sejarah ini bermula dari keinginan Kerajaan Majapahit untuk menaklukkan kerajaan Bali.

Dengan berbagai cara, akhirnya Patih dari Majapahit ini dapat menewaskan Kebo Iwa yang merupakan Patih dari Kerajaan Bali. Sayangnya, keberadaan sumur ini tak dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari oleh masyarakat. Sebab, pada sumur ini mengandung kadar racun yang tinggi.

Itulah informasi mengenai Candi Kedaton yang ada di Trowulan. Jika sedang berkunjung ke daerah tersebut, jangan lupa untuk mampir ke situs sejarah dari Kerajaan Majapahit.

Sponsors Link
, ,




Post Date: Friday 31st, December 2021 / 05:38 Oleh :
Kategori : Sejarah