Sponsors Link

Candi Cetho : Sejarah-Arsitektur dan Fungsi

Sponsors Link

Karanganyar merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Di daerah ini ternyata banyak situs sejarah yang sayang jika dilewati. Salah satunya adalah Candi Cetho.

ads

Apa itu Candi Cetho dan bagaimana sejarah dari Candi ini? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

Pengertian Candi Cetho

Candi Cetho merupakan situs sejarah yang bercorak Hindu. Candi ini berada di Desa Gumeng, Kabupaten Karanganyar. Letak candi ini tergolong unik karena berada di daratan tinggi dengan ketinggian mencapai 1400 mdpl.

Nama candi ini berasal dari nama sebuah dusun yang menjadi tempat candi ini dibangun yakni Dusun Cetho. Kemudian, masyarakat menyebut candi ini dengan nama Candi Cetho. Kata cetho dalam bahasa Jawa memiliki arti jelas. Hal ini dimaksudkan karena jika berkunjung ke daerah ini, kita bisa melihat dengan jelas pemandangan pegunungan seperti gunung Merbabu, Gunung Lawu, Gunung Merapi dan Gunung lainnya.

Ciri-ciri Candi Cetho

Dulu, candi Cetho memiliki 14 buah teras berundak. Namun, setelah dilakukan pemugaran yang tersisa hanya 9 teras. Berikut ini adalah ciri-ciri dari setiap teras yang ada di Candi ini.

  1. Teras Pertama

Pada bagian teras pertama candi ini hanya ada sebuah halaman. Di mana pada halaman ini terdapat 12 arca batu yang disebut dengan Nyai Gemang Arun. Selain itu, ditemukan pula sebuah galira yang berukuran cukup besar. Di mana bentuk gapura ini sama dengan bentuk pada Candi Bentar.

Pada teras pertama, ada juga bangunan yang mirip dengan pendopo tanpa dinding. Bangunan ini memiliki pondasi dengan tinggi mencapai 2 meter dan pada bagian atasnya terdapat sebuah alas batu yang kerap dijadikan tempat meletakkan sesaji.

2. Teras Kedua

Sebelum menuju ke teras kedua, terdapat sebuah gapura dan tangga dari batu. Di mana di samping tangga tersebut, terdapat dua buah arca yang dinamakan dengan Nyai Agni. Namun, salah satu arca ini telah rusak. Seperti pada teras pertama, pada teras kedua ini memiliki berbentuk halaman. Hanya saja, pada teras ini terdapat hamparan batuan yang disusun dan berbentuk gambar burung garuda.

Burung garuda dalam agama Hindu, merupakan kendaraan dari Dewa Wisnu. Pada bagian ujung kedua sayap garuda berbentuk sinar matahari. Bentuk ini ditemukan pula pada bagian kepala Garuda. Sementara itu, pada bagian punggung, tersusun batuan yang berbentuk kura-kura. Di mana kura-kura tersebut melambangkan titisan dari Dewa Wisnu yang dipresentasikan sebagai dunia bawah.

3. Teras Ketiga

Pada teras ketiga ini terdapat dua buah bangunan tanpa dinding. Bangunan mirip dengan pendopo yang di mana terdapat meja batu untuk tempat sesaji. Pada meja batu terdapat relief orang dan binatang.

4. Teras Keempat

Pada bagian teras keempat ini terdapat susunan tangga yang rapi. Diduga, tangga ini merupakan hasil dari pemugaran. Selain itu, pada teras keempat ditemukan pula beberapa bangunan seperti pada teras-teras sebelumnya.

5. Teras Kelima dan Keenam

Pada teras kelima terdapat dua arca penjaga pintu masuk yang dinamakan dengan Bima. Selain itu, ditemukan pula beberapa penampakan lain seperti pada teras sebelumnya. Sedangkan pada teras keenam, akan dijumpai bangunan mirip dengan halaman kecil.

6. Teras Ketujuh dan Kedelapan

Pada teras ketujuh terdapat gakira dengan tangga batu. Di mana tangga ini diapit dengan dua buah patung Ganesha serta satu paging Kalacakra. Sama halnya dengan teras tujuh, pada teras ke delapan, ditemukan pula tangga yang diapit dengan dua arca. Hanya saja pada bagian ini terdapat relief berupa tulisan Jawa.

7. Teras Kesembilan

Pada teras ini, terdapat dua bangunan yang menghadap ke timur di mana kedua bangunan ini dijadikan sebagai tempat meletakkan benda kuno.

Sejarah Candi Cetho

Candi Cetho diperkirakan pada masa Raja Brawijaya V atau sekitar abad ke 15 Masehi. Candi ini terdapat dalam catatan ilmiah milik Van de Vles pada tahun 1842.

Di mana pada saat ditemukan sudah dalam reruntuhan dengan bentuk punden berundak. Pada saat ditemukan, candi ini memiliki 14 buah teras namun setelah ditemukan kembali hanya tersisa 13 buah teras dan kini teras yang tersisa hanya 9 buah.

Pada tahun 1928, candi ini dilakukan rekonstruksi untuk pertama kalinya oleh Commissie vor Oudheiddienst atau Dinas Purbakala Hindu Belanda. Setelah dilakukan penemuan kembali, candi ini dikunjungi banyak pengunjung karena arsitekturnya yang unik dan letak candi yang berada di daratan tinggi.

Fungsi Candi Cetho

Candi Cetho memiliki fungsi sebagai tempat bertapa bagi penganut kepercayaan kejawen. Namun, berdasarkan prasasti yang terdapat pada dinding candi dengan menggunakan huruf Jawa ini, bahwasanya candi ini dibangun sebagai tempat pengruwatan atau tempat melepaskan diri dari berbagai kutukan.

Relief Candi Cetho

Relief pada candi ini berbeda dengan relief pada kebanyakan candi umumnya. Di mana relief pada candi ini tergolong sederhana dan mempunyai makna yang mendalam.

Seperti relief pada meja batu yang berupa orang dan binatang. Kemudian, relief pada teras kedua yang bergambar burung garuda. Di mana burung tersebut dilambangkan sebagai kendaraan dari Dewa Wisnu.

Fakta Candi Cetho

Terdapat sejumlah fakta menarik dari candi yang ada di daerah Karanganyar ini. Adapun fakta-fakta tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Asal Usul Nama Candi

Nama Candi berasal dari nama dusun, tempat candi ini ditemukan yakni Dusun Cetho. Dusun tersebut kemudian menjadi sebuah sebutan masyarakat untuk menyebut situs bersejarah ini. Namun, dalam bahasa Jawa, kata Cetho memiliki arti jelas. Arti ini dimaksudkan bahwa pemandangan di sekitar candi dapat terlihat jelas berupa deretan pegunungan yang indah.

2. Candi Tertinggi di Indonesia

Candi Cetho merupakan salah satu dari candi tertinggi yang ada di Indonesia. Letak candi ini berada pada ketinggian 1496 mdpl di bawah kaki Gunung Lawu. Letaknya inilah yang kemudian menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang berkunjung. Selain itu, dikarenakan di sekitar candi ini menyuguhkan pemandangan yang indah.

3. Memiliki Banyak Teras

Candi Cetho memiliki banyak teras di dalamnya. Semula teras pada candi ini berjumlah 14 buah, namun saat ini yang tersisa hanya 9 buah teras. Kesembilan buah teras ini memiliki keunikan tersendiri di dalamnya. Ada yang berupa halaman, ada yang terdapat arca, ada yang terdapat tangga batu, meja batu dan lainnya.

Kesimpulan

Candi Cetho merupakan candi yang terbuat dari batuan andesit. Candi ini berada di Karanganyar, Jawa Tengah. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini diperkirakan dibangun pada masa Brawijaya V.

Candi yang saat ini memiliki 9 buah teras ini memiliki arsitektur sejenis punden berundak. Gaya arsitektur pada bangunan ini berbeda dengan arsitektur pada candi Hindu lain yang ada di Jawa.

Hal ini dikarenakan pada saat dibangun candi ini, Majapahit sudah berada pada masa keruntuhan. Sehingga, pengaruhnya tidak begitu kuat. Hal itu kemudian arsitektur pada bangunan ini kembali kepada kebudayaan asli masyarakat sekitar.

Itulah informasi lengkap mengenai candi yang ada di daratan tinggi Karanganyar ini. Jika berkesempatan mengunjungi daerah ini, jangan lupa untuk menyempatkan datang ke situs sejarah Candi Cetho.

Selain mengandung banyak edukasi, pemandangan di sekitar candi ini sayang jika dilewatkan. Di mana terdapat banyak deretan pegunungan indah di Jawa Tengah.

Sponsors Link
,




Post Date: Friday 31st, December 2021 / 05:41 Oleh :
Kategori : Sejarah