Sponsors Link

25 Contoh Kasus Mobilitas Sosial Horizontal dan Vertikal dan Penghambatnya

Sponsors Link

Mobilitas sosial atau gerak sosial tentunya sudah banyak diketahui. Secara singkat, gerak sosial merupakan perubahan, pergeseran, kenaikan ataupun penurunan status sosial seseorang yang mempengaruhi perannya dalam masyarakat. Mobilitas sosial terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu mobilitas sosial horizontal dan mobilitas sosial vertikal.

ads

Mobilitas sosial horizontal adalah pergeseran posisi atau kedudukan seseorang yang tidak banyak membawa perubahan dalam kehidupan orang tersebut, sedangkan mobilitas sosial vertikal terbagi lagi menjadi dua yaitu mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas vertikal ke bawah. Keduanya sama-sama memiliki dampak masalah sosial dan  mepengaruhi status sosial seseorang entah itu terjadi kenaikan (social climbing) atau terjadi penurunan (social sinking).

Masalah Dalam Mobilitas Sosial Horizontal dan Vertikal

Semua orang tentunya mengharapkan terjadinya social climbing dalam kehidupan mereka karena secara otomatis, proses interaksi sosial dan kualitas hidup mereka pasti akan membaik. Namun yang tidak banyak diketahui orang, adapun dampak negatif dari mobilitas sosial, baik itu mobilitas sosial horizontal maupun mobilitas sosial vertikal ke atas dan ke bawah yang dapat terjadi jika mobilitas sosial vertikal ke atas angkanya terus meningkat yaitu dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Pergerakan sosial seseorang dapat menyebabkan bentuk-bentuk konflik sosial antar kelas, konflik antar generasi dan konflik antar kelompok sosial. Adanya faktor penyebab terjadinya pergolakan daerah tidak dapat dihindari.

Contoh nyata yang bisa Anda lihat adalah seringnya demonstrasi buruh terjadi karena menuntut kenaikan upah yang menggambarkan kaum buruh menuntut adanya social climbing pada kaum mereka. Selain itu, tawuran pelajar, pergaulan bebas yang menentang unsur-unsur budaya dan perang antar kampung juga menjadi bukti otentik bagaimana masyarakat memberi respon pada contoh kasus mobilitas sosial baik itu untuk perseorangan maupun yang terjadi pada kelompok.

Tidak banyak yang menyadari bahwa mereka pernah atau sedang mengalami apa yang disebut dengan mobilitas sosial karena kurangnya pengetahuan mereka tentang topik ini. Ada juga yang mengharapkan mengalami social climbing atau adanya kenaikan status sosial namun tidak mengerti bahwa ada hal-hal tertentu yang dapat menghambat pergerakan sosialnya sehingga mereka tidak mencoba untuk menghindari hal-hal tersebut. Untuk lebih memahami kedua macam-macam mobilitas sosial ini, Anda harus mengerti ciri-ciri mobilitas sosial terlebih dahulu. Berikut contoh kasus yang bisa Anda pelajari:

Contoh kasus mobilitas sosial horizontal:

  1. Bapak Adi yang berkewarganegaraan Indonesia pindah ke Amerika dan mengubah kewarganegaraannya sehingga menjadi warga negara Amerika.
  2. Kepala sekolah SMP Swasta dipindahtugaskan menjadi kepala sekolah SMP Negeri.
  3. Seorang tukang tukang ojek konvensional beralih provesi menjadi tukang ojek online karena lebih banyak pelanggan.
  4. Seorang karyawan berhenti dari perusahaan tempat dia bekerja karena diterima di perusahaan lain dengan posisi dan jabatan yang sama.
  5. Siswa SMA tahun pertama tidak naik kelas dan memutuskan untuk mengulang tahun pertamanya di SMA lain dengan cara pindah sekolah.
  6. Satu keluarga yang tinggal di desa memutuskan untuk pindah ke desa lain karena pengaruh letak geografis yang membuat desanya sering tertimpah bencana alam.
  7. Mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar dari Indonesia ke Thailand.
  8. Dalam satu keluarga yang orang tuanya bekerja sebagai guru matematika SMA, si anak juga mengikuti jejak orang tua dengan masuk sekolah pendidikan matematika dan menjadi guru matematika untuk SMA juga.
Sponsors Link

Dari contoh di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, bentuk perpindahan apapun yang terjadi, selama orang atau kelompok yang mengalami perpindahan masih dalam status sosial atau kedudukan yang sama, pergerakan sosial mereka masuk dalam kategori mobilitas sosial horizontal.

Kita juga perlu menyadari, adanya gerak sosial horizontal dalam bentuk gerak sosial geografis jika terus-terusa terjadi dapat menjadi penyebab terjadinya kepadatan penduduk.

Contoh dari kasus mobilitas sosial vertikal ke atas, sebagai berikut:

  1. Seorang siswa lulus dari SMP dan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA.
  2. Wali kota Bandung mendapatkan penghargaan sebagai pemimpin terbaik sehingga pada pemilihan kepala daerah di periode selanjutnya, ia dipercaya untuk menjadi gubernur.
  3. Orang tua yang hanya lulusan SD berhasil menyekolakan anaknya hingga lulus kuliah S1 (contoh kasus mobilitas sosial vertikal antargenerasi).
  4. Pemberian warisan berupa materi dan non-materi dari seorang kakek pemegang perusahaan kepada cucunya. Cucunya mengalami gerak sosial vertikal ke atas.
  5. Seorang guru membentuk organisasi berisi seluruh guru di provinsinya dan diangkat menjadi ketua organisasi tersebut.
  6. Kenaikan gaji buruh sebagai bentuk apresiasi pendapat mereka yang disampaikan lewat demonstrasi.
  7. Pernikahan seorang gadis desa dengan pengusaha kaya mengakibatkan kenaikan status sosial untuk gadis tersebut.
  8. Keluarga yang tadinya hanya memiliki sepeda motor untuk pergi kemana-mana akhirnya membeli mobil agar lebih nyaman dalam berkendara.
  9. Seorang masyarakat biasa diangkat menjadi pejabat penting karena kemampuannya dalam bidang akademik tertentu.
ads

Mobilitas sosial vertikal ke atas mungkin menjadi harapan setiap kita sebagai upaya Indonesia menjadi negara maju untuk bisa mengalaminya dalam kehidupan kita. Namun, tidak ada yang bisa menjamin terjadinya mobilitas sosial vertikal ke atas. Hal yang dapat mempengaruhi kenaikan status sosial seseorang biasanya terjadi karena adanya faktor pendorong mobilitas sosial antara lain, seseorang tersebut bekerja pada instansi angkatan bersenjata atau militer yang hampir pasti mengalami kenaikan pangkat dalam jangka waktu tertentu, bisa juga karena ‘perintah agama’ yang memotivasi seseorang untuk bisa mendapatkan jabatan terbaik agar bisa bersedekah sebanyak mungkin.

Sejauh ini yang paling banyak menyumbang angka kenaikan status sosial seseorang adalah lembaga pendidikan yang sudah pasti tujuan tertingginya adalah lulus universitas. Perkawinan juga bisa menyebabkan kenaikan status sosial seseorang yang tadinya tidak mampu setelah menikah dengan orang mampu gaya hidupnya berubah menyesuaikan dengan pendapatan pasangannya. Suatu negara dapat dikatakan memiliki ciri-ciri negara maju jika tingkat mobilitas sosial vertikal ke atas di negara tersebut terus meningkat dan terkendali.

Contoh dari kasus mobilitas sosial vertikal ke bawah, sebagai berikut:

  1. Seorang siswa dikeluarkan dari sekolah (dropout) karena tingkah laku dan nilainya yang buruk.
  2. Pemimpin daerah dipenjarakan karena terlibat kasus korupsi.
  3. Seorang pengusaha kaya meninggal dunia dan kehilangan kuasa atas hartanya.
  4. Prajurit TNI mengalami penurunan pangkat karena melanggar peraturan yang telah ditetapkan.
  5. Karena terjebak perjudian seorang pengusaha harus kehilangan harta dan martabatnya sebagai orang terpandang.
  6. Karena ada satu orang dari partai politik A yang terlibat korupsi, seluruh partai tersebut dicap jelek oleh masyarakat.
  7. Kepala RT yang terpandang sebagai pemuka agama dan pandai berorganisasi kedapatan selingkuh sehingga kehilangan jabatan dan kepercayaan orang-orang disekitarnya membuat status sosialnya turun.
  8. Pegawai negeri dipecat dari pekerjaannya karena kedapatan memalsukan laporan keuangan.

Social sinking atau mobilitas sosial vertikal ke bawah adalah yang paling tidak diinginkan siapapun untuk terjadi dalam kehidupannya. Tapi apa boleh buat, dalam masalah negara berkembang ini semuanya bergantung pada individu masing-masing apakah dia sudah menjalankan tugasnya dalam lingkungan sosialnya dengan baik atau tidak. Jika tidak, tentunya kemungkinan untuk mengalami penurunan status sosial selalu ada.

Hal-hal yang dapat menghambat terjadinya social climbing dan justru dapat mengakibatkan terjadinya contoh kasus mobilitas sosial vertikal ke bawah antara lain, adanya perbedaan ras, diskriminasi kelas, adanya faktor ekonomi seperti kemiskinan, faktor agama dan bahkan perbedaan jenis kelamin. Mungkin hal-hal tersebut sudah sangat tabu untuk dibicarakan, apa lagi menjadi alasan bagi seseorang untuk mengalami social sinking atau penurunan status sosial, namun begitulah adanya. Faktanya, banyak yang terhambat pergerakan sosialnya ke arah yang lebih baik karena bentuk-bentuk struktur sosial dan  hal-hal diatas itu.

Sponsors Link

Beberapa contoh kasus yang bisa kita lihat sebagai bentuk dari penghambat terjadinya pergerakan sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

  • Seorang siswa dibatalkan dari program beasiswa karena setelah beragam tes akademik, ternyata penilaian juga berdasarkan latar belakang nenek moyangnya / ras.
  • Kenaikan posisi atau jabatan seseorang tidak diikuti dengan kenaikan gaji hanya karena orang tersebut adalah perempuan
  • Seorang anak kecil yang ingin sekolah tidak bisa mewujudkan keinginannya karena terhambat masalah uang.

Masih banyak lagi contoh kasus mobilitas sosial horizontal dan mobilitas sosial vertikal yang dapat kita lihat sendiri dalam kehidupan kita bermasyarakat. Yang telah dicantumkan diatas adalah beberapa kondisi penduduk Indonesia yang kiranya dapat membantu Anda untuk lebih mengenal contoh kasus yang biasa terjadi di masyarakat sehingga lebih mudah untuk mengidentifikasi mana yang mobilitas sosial vertikal mana yang mobilitas sosial horizontal. Anda sendiri bisa menilai, sepanjang kehidupan Anda sampai sekarang ini contoh kasus pergerakan sosial seperti apa yang sudah pernah Anda alami. Semoga artikel ini memberikan manfaat bagi Anda.

Sponsors Link
, , ,
Post Date: Wednesday 25th, October 2017 / 03:12 Oleh :
Kategori : Sosiologi