Sponsors Link

10 Bahasa Daerah Di Indonesia yang Punah

Sponsors Link

Indonesia sebagai negara kepulauan dikaruniai dengan berbagai keberagaman suku dan budaya. Disetiap daerah memiliki keunikan tersendiri dari mulai adat istiadatnya, tradisi dan salah satunya adalah bahasa.

ads

Bahasa daerah menjadi salah satu unsur identitas nasional yang memiliki khas setiap daerah dari mulai bahasa jawa dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta, bahasa sunda dari Jawa barat dan masih banyak bahasa lainnya.

Selain bahasa khas setiap daerah, ada bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ini digunakan di berbagai lini kehidupan salah satunya lini sosial. Ada juga bahasa Internasional yaitu bahasa Inggris untuk komunikasi antar negara. Dari banyaknya bahasa – bahasa yang ada ini tentu tidak semua dikuasai oleh masyarakat umum.

Kemungkinan dalam penggunaan bahasa, masyarakat Indonesia lebih fasih ke bahasa daerahnya sendiri dan bahasa Indonesia. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan bahasa terbanyak di dunia.

Namun, semakin berkembangnya sebuah zaman, muncul berbagai bahasa lain yang membuat bahasa daerah mulai tersingkir atau tidak digunakan. Akhirnya banyak bahasa yang mulai hilang bahkan hampir menghilang (punah).

Bahasa Daerah di Indonesia yang Punah

Perkembangan zaman memaksa berbagai budaya yang ada terutama khas setiap daerah mulai tergusur. Banyak anak-anak muda lebih memilih mengikuti dan menggunakan berbagai bahasa dan budaya asing.

Alhasil, budaya daerah banyak yang perlahan mulai luntur dan salah satu aspek yang terdampak adalah bahasa daerah.

  • Bahasa Hulung, Bobat dan Samasuru

Bahasa Hulung, Bobat dan Samasuru merupakan bahasa khas dari daerah Maluku. Menurut indeks data yang ada, status dari salah satu bahasa tersebut yaitu bahasa hulung memiliki tingkat status terancam punah secara kritis. Jadi, bahasa ini benar-benar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

  • Bahasa Mander, Namia, Usku, Dubu, Irarutu, Podena, Makiew, Bku dan Mansim Borai

Bahasa Mander, Namia, Usku, Dubu, Irarutu, Podena, Makiew, Bku, dan Mansim Borai merupakan beberapa bahasa asli dari Papua. Beberapa bahasa tersebut saat ini sudah mulai pudar dan punah, bahkan bahasa mander memiliki tingkat terancam punah tingkat kritis.

  • Bahasa Ponosokan dan Sangihe Talaud

Selanjutnya ada bahasa Ponosokan dan Sangihe Talaud yang berasal dari Sulawesi Utara. Keduanya sudah hampir punah dan diperkirakan hanya tersisa 4 orang saja yang bisa menggunakan bahasa ponosokan dengan lancar (2014).

Dari data tersebut tentu menunjukan sudah tidak banyak lagi orang yang menggunakan bahkan menguasai bahasa daerah khas Sulawesi Utara ini.

  • Bahasa Konjo dan Padoe

Bahasa Konjo dan Padoe merupakan bahasa khas dari Sulawesi Selatan. Kedua bahasa ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat, alhasil menjadikan kedua bahasa ini ke status terancam punah. Untuk bahasa Padoe memiliki tingkat ancaman berupa rentan.

  • Bahasa Bajau Tungkal Satu

Bahasa Bajau Tungkal satu merupakan salah satu bahasa daerah khas dari Jambi. Penggunaan bahasa ini memiliki persentase lebih besar ketimbang bahasa kerinci di daerah Jambi. Untuk saat ini, pemakaian bahasa daerah ini terus berkurang alhasil bahasa ini cenderung mulai hilang.

  • Bahasa Lematang

Bahasa Lematang berasal dari Sumatera Selatan tepatnya di sekitar Sungai Lematang. Keberadaan bahasa lematang ini semakin hari semakin menipis, ini diakibatkan karena proses globalisasi yang memaksa masyarakat menggunakan bahasa yang lebih umum seperti Melayu Palembang, Indonesia dan Inggris.

  • Bahasa Gorontalo Dialeg Suwawa

Bahasa Gorontalo dialeg Suwawa merupakan bahasa khas Gorontalo tepatnya di Kabupaten Suwawa. Dialek Suwawa memang hanya dilakukan masyarakat di daerah Suwawa, jadi tak ayal penerus dari bahasa ini tidak banyak. Karena lingkup yang tidak luas, masyarakat juga kurang mengetahui akan bahasa ini.

  • Bahasa Nedebang dan Adang

Bahasa Nedebang dan Adang merupakan bahasa khas dari daerah Nusa Tenggara Timur. Kedua bahasa ini dipetuturkan di daerah yang berbeda dengan cakupan area yang tidak luas. Bahasa-bahasa ini semakin sedikit orang yang menggunakannya, alhasil bahasa ini terancam punah.

  • Bahasa Benggaulu

Bahasa Benggaulu banyak dituturkan oleh masyarakat yang tinggal Desa Karossa, Sulawesi Barat. Bahasa ini menjadi salah satu bahasa yang terancam punah di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan bahasa ini terancam adalah banyak masyarakat yang mulai jarang menggunakan bahasa Benggaulu.

  • Bahasa Arguni dan Kalabra

Bahasa yang terancam punah lainnya adalah bahasa Arguni dan Kalabra dari Papua Barat. Bahasa Arguni banyak dituturkan orang-orang Semenanjung Bomberai, sedangkan bahasa Kalabra dituturkan oleh orang-orang Semenanjung Doberai. Keberadaan kedua bahasa ini sudah mulai terancam.

Penyebab Bahasa Daerah di Indonesia Punah

Menghilangnya bahasa-bahasa daerah tidak begitu saja hilang tanpa sebab. Apalagi, di Indonesia memiliki beragam bahasa hingga ratusan bahasa. Kemudian, apa saja yang menjadi penyebab hilangnya bahasa daerah yang ada?

  • Tidak adanya regenerasi penutur bahasa daerah, dan hanya menyisakan orang tua.
  • Bahasa daerah hanya terletak pada suatu wilayah dan tidak mengalami perluasan (terkukung).
  • Bahasa daerah asli kalah saing dengan bahasa-bahasa lain yang lebih sering digunakan.
  • Proses globalisasi, urbanisasi dan akulturasi budaya sehingga banyak budaya daerah yang ditinggalkan (bahasa daerah) dan lebih memilih budaya baru.

Penyebab terbesar yang menjadikan bahasa daerah mulai luntur adalah tidak adanya regenerasi serta adanya proses globalisasi terhadap kearifan lokal yang membuat budaya lokal sedikit demi sedikit tergerus.

Apabila tidak ada tindakan pemeliharaan yang baik, maka kemungkinan besar bahasa daerah akan benar-benar punah.

Sponsors Link
, ,




Post Date: Saturday 22nd, October 2022 / 02:21 Oleh :
Kategori : Antropologi