9 Contoh Masyarakat Multikultural Dalam Kehidupan Sehari-hari Di Indonesia
Di dalam lingkungan masyarakat, tentu saja anda akan menemukan beragam kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki karakteristiknya masing-masing. Perbedaa dari karakteristiknya tersebut ini sangat berkaitan dengan stratifikasi dan diferensiasi sosial. Kondisi masyarakat seperti ini lah yang dikenal dengan masyarakat multikultural. Yang dimaksud dengan msayarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang mana di dalamnya terdiri dari ebragam struktur kebudayaan. Hal ini dikarenakan adanya banyak suku bangsa yang mana memiliki struktur budayanya sendiri yang membuatnya berbeda jika dibandingkan dengan budaya dari suku bangsa lainnya. (baca juga: Peran Pranata keluarga)
Multikultural juga dapat diartikan sebagai sebuah keragaman dan perbedaan pada sebuah kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan jika contoh masyarakat multikultural sebagai kelompok masyarakat yang tinggal dan menetap dalam sebuah tempat yang memiliki kebudayaan serta ciri khasnya masing masing yang dapat membedakannya dengan masyarakat lainnya. (baca juga: Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Pengangguran)
Pierre L. Va den Berghe, yang merupakan sosiolog yang menjelaskan mengenai karakteristik dari masyarakat multikultural, antara lain adalah:
- Adanya segmentasi di dalam kelompok yang memiliki sub budaya yang berbeda satu sama lainnya.
Masyarakat multikultural yang mana tersegmentasi ke dalam kelompok sub budaya yang berbeda merupakan masyarakat yang mana terbagi bagi ke dalam kelompok kecil yang di dasarkan pada suku, ras, dan agama masing-masing di dalam pergaulan yang terpisahkan dikarenakan seseorang akan lebih memilih untuk berinteraksi dengan orang yang memiliki kesamaan pada suku, ras, dan agama dengannya. Hal ini dikarenakan orang orang tersebut lebih mudah untuk diajak berkomunikasi, adanya kesamaan ikatan batin, dan kesamaan lainnya. (baca juga: Pengertian Perubahan Kebudayaan)
- Memiliki struktur yang mana terbagi ke lembaga-lembga non komplementer.
Di dalam masyarakat multikultural, tak hanya lembaga formal saja yang harus diikuti dan ditaati, namun juga lembaga informal. Dengan kata lain, kebanyakan masyarakat akan lebih merasa hormat dan taat kepada lembaga-lembaga informal dikarenakan dipimpin tokoh adat yang memiliki emosional lebih dekat dengan masyarakat. (baca juga: Manfaat kegiatan Ekspor dan Impor)
- Kurang dikembangkannya konsesus yang ada di dalam anggota-anggota kepada nilai-nilai dasar.
Masyarakat multikultural dikenal akan keragamnnya dalam ras, agama, budaya, dan etnik sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan pada persepsi, pengalaman, pengetahuan dan kebiasaan yang mana akan menyebabkan kesulitan dalam meraih kesepakatan pada nilai ataupun norma yang mana menjadi dasar dari pijakan yang akan mereka lakukan. Dapat disimpulkan jika masyarakat ini akan memiliki kesulitan untuk menyatukan semua pendapat dikarenakan adanya perbedaan perbedaan dari prinsip yang dipeganya. (baca juga: Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia)
- Secara relatif, integrasi sosial yang tumbuh dikarenakan atas dasar paksaan serta saling ketergantungan secara ekonomi.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, masyarakat multikultural akan kesulitan untuk mendapatkan kesepakatan dalam hal apapun. Sehingga agar mendapat kesepakatan mengenai tercapainya integrasi sosial maka dilakukan sedikit pemaksaan. Tak hanya itu saja, masyarakat multikultural juga akan saling ketergantungan dalam hal ekonomi dikarenakan adanya kedekatan dengan kelompok-kelompok miliki mereka saja. (baca juga: Peran Indonesia Di Era Globalisasi)
- Adanya dominasi politik di dalam sebuah kelompok atas kelompok lainnya.
Masyarakat multikultural memiliki kelompok yang berbeda beda, baik secara politik maupun ekonomi. Tidak dapat dipungkiri jika ada kelompok yang akan mendominasi politik yang kemudian akan memaksakan kebijakan politiknya agar mendapatkan keuntungan untuk kelompoknya sendiri. (baca juga: Fungsi dan Peran Yayasan)
Contoh dari masyarakat multikultural yang ada di Indonesia dapat anda temukan di Pulau Bali. Bali terkenal akan masyarakatnya yang mayoritas memeluk agama Hindu dan kaum minoritas yang memeluk agama lainnya seperti Islam tentunya. Kondisi di Bali benar benar memperlihatkan wujud dari masyarakat multikultural yang begitu menghargai perbedaan agama dan budaya yang terlihat jelas perbedaannya. (baca juga: Contoh Pengendalian Sosial Preventif)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang di dalamnya terdapat beragam kebudayaan namun tidak sama sekali membedakan mengenai agama, suku, ras, budaya, dan lainnya. Multikulturalisme ini kemudian menjaid ideologi yang mengakui serta menghargai tentang arti sebuah perbedaan baik individual maupun kebudayaan. Dari kondisi masyarakat yang ada di Bali ini, anda bisa mendapatkan cerminan mengenai pembelajaran dari bagaimana sebuah contoh masyarakat multikultural yang seharusnya. Hal ini karena masyarakat di Bali memang sangat toleran dengan agama selain Hindu. Inilah beberapa contoh dari masyarakat multikultural dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari:
- Bali memang dikenal sebagai wilayah Indonesia dengan umat Hindu terbesa yang ada di Indonesia, meskipun mayoritas penduduk di Indonesia yang sebagian besar adalah Muslim.
- Toleransi kehidupan beragama yang ada di Pulau Dewata ini memang sudah terjadi bahkan sudah berlangsung selama berabad-abad. Hal ini lah yang membuat pondasi kultural yang ada di Bali memang sangat kuat dan tidak mudah terpecah belah. A
- nda bisa mendengar jika selama ini tidak pernah terjadi masalah menegani hubungan antar umat agama yang ada di Bali. Baik itu umat Hindu, Islam, dan agama lainnya hidup berdampingan secara damai, saling tolong menolong, serta saling menghargai satu sama lainnya.
- Satu sama lainnya saling berbaur dengan kondisi budaya dan masyarakat setempat. Oleh karena itu lah, lembaga-lembaga adat yang ada di Pulau Bali ini juga tumbuh dan hidup di dalam kalangan umat Islam yang ada di Bali. (baca juga: Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan)
- Bahkan rasa toleransi umat beragama di Bali pernah diuji saat terjadinya peristiwa ledakan bom pada tahun 2002 dan kemudian berlanjut pada tahun 2005. Saat setelah peledakan bom bali tersebut, seakan tanah di Bali
- Luluh lantah diakibatkan oleh orang-orang yang mengatas namankan jihad dengan membawa nama Islam. Bahkan satu tahun lebih setelah peristiwa tersebut (ledakan bom tahun 2002), kondisi Bali benar benar sunyi, mencekam, dan tidak aman.
- Hal ini tentu saja membuat masyarakat Bali merasa marah akan kejadian tersebut. Namun meskipun begitu, mereka tidak berperilaku yang membabi buta. Masyarakat Bali memahami benar perbedaan agam Islam dan terorisme.
- Mereka memahami jika Islam bukanlah agama yang seperti itu, Islam adalah agama yang mengajarkan mengenai perdamaian.
- Umat Hindu yang ada di Bali benar benar terbuka dengan agama Islam, meskipun merupakan agama yang minoritas di Bali namun tetap saja masyarakat setempat benar benar menghargainya. Mereka memahami tentang posisi, kelas, serta pembagian tugas dari masing-masing bidang tersebut. (baca juga: Jenis Pengendalian Sosial)
Di pulau Bali, anda bisa menemukan Desa Pegayaman, yang mana di dalam desa tersebut hampir sebagian besar penduduknya beragama Islam. Kehidupan di desa ini sehari harinya memang menunjukkan warna Islam yang begitu kuat. Di desa ini, anda bisa menemukan orang-orang yang berasal dari Bugis dan Jawa mengembangkan ajaran mengenai Islam serta berhasil membangun Masjid Safinatus Salam yang mana menjadi masjid terbesar dan tertua yang ada di Buleleng, Bali. Masjid ini bahkan dijadikan sebagai pusat pengembangan agama Islam yang ada di daerah Bali. Semua kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan ajaran agama Islam juga diadakan di Masjid ini. Pada tanggal 11 Maret 1986, Masjid ini sempat diperbaiki dan direnovasi. (baca juga: Perkembangan Awal Politik Pada Awal Kemerdekaan – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial)
- Ciri-Ciri Negara Maju Di Bidang Ekonomi
- Perbedaan Kelompok Sosial dan Kerumunan Masa
- Dampak Negatif Penyimpangan Sosial
Dalam proses perbaikannya, tak hanya umat Islam yang bergotong royong namun juga banyak masyarakat lain yang beragama Hindu turut serta untuk merenovasi bangunan masjid ini. Hal ini adalah bentuk nyata dari multukulturalisme yang ada di Bali. Sikap toleran yang tercermin di masyarakat Bali dapat anda jadikan sebagai sebuah contoh baik yang patut untuk ditiru. Jika kelompok mayoritas bisa menempatkan kelompok yang minoritas agar bisa mendapatkan pengakuan dan identitas tentu saja hal tersebut akan membentuk kesetaraan di dalm kehidupan yang berjalan harmonis dan damai. (baca juga: Cara Mengatasi Masalah Persebaran Penduduk)
Namun proses multukulturalisme yang ada di Indonesia tak hanya berlangsung dan berjalan dengan damai dan harmonis. Terdapat beberapa kasus multikulturalisme yang mana mengakibakna perpecahan dan konflik, seperti hal-hal di bawah ini:
- Pembakaran Pasar Glodok, yang dikenal dengan nama peristiwa Mei Kelabu yang terjadi di Jakarta (baca juga: Bentuk-Bentuk Kerja Sama Internasional)
- Peristiwa Ambon-Maluku, yang merupakan konflik antara Suku Bugis-Buton-Makasar-Ambon Islam yang berkonflik dengan Umat Kristen disana. (baca juga: Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya)
- Peristiwa Sambas & Palangkaraya, yang merupakan permasalahan yang terjadi antara suku Melayu, Dayak, serta Tionghoa yang melawan suku Madura (baca juga: Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia)
- Peristiwa Poso, yang merupakan permasalah yang terjadi antara umat Islam dan Kristen yang ada di Poso dengan adanya unsur-unsur pemicu dari luar. (baca juga: Dampak Positif dan Negatif Perubahan Sosial)
- Peristiwa Aceh, yang merupakan permasalahan yang terjadi antara orang-orang Aceh dengan transmigrasi dari Jawa. (baca juga: Ciri-Ciri Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi)
- Peristiwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
- Penghancuran bangunan masjid-masjid milik Ahmadiyah yang ada di Parung, Bogor dikarenakan adanya perbedaan perbedaa yang terjadi. (baca juga: Permasalahan Lingkungan Hidup)