X

Candi Singosari : Sejarah-Ciri-Ciri dan Fungsi

Tak akan ada habisnya saat membahas sejarah yang terjadi di Indonesia. Mulai dari masa kerajaan Hindu dan Buddha, masa masuknya islam, masa penjajahan sampai masa kemerdekaan dan setelahnya. Setiap masa tentunya memberikan banyak peninggalan yang masih membekas hingga saat ini. Baik itu berupa bangunan maupun kesenian.

Salah satu warisan itu adalah candi singosari. Apa itu candi singosari dan bagaimana sejarahnya? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

Pengertian Candi Singosari

Gambar: id. wikipedia.org

Candi Singosari merupakan candi yang berada di antara Gunung Arjuna dan Pegunungan Tengger. Lebih tepatnya, Candi Singosari ini berada di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Candi ini merupakan candi tertinggi pada masanya sehingga Candi ini dinamakan dengan Candi Cungkup atau Menara. Candi-candi di sekitar Candi Singosari telah lenyap hanya menyisakan Candi Singosari yang masih berdiri hingga saat ini.

Ciri-Ciri Candi Singosari

Luas Candi

Sejarah candi Singosari memiliki luas sebesar 200 m X 400 m dan diterdiri dari beberapa candi. Bangunan candi sendiri terletak pada tengah halaman. Bangunan candi utama ini dibuat dari batu andesit dengan alas buju sangkar. Alasnya memiliki ukuran 14 m X 14 m dan tinggi candi sekitar 15 m.

Ornamen

Candi ini diisi dengan berbagai ornamen ukiran, arca dan relief. Di bagian ruang utama ada lingga dan yoni. Sementara di bagian utara dulu ada rca Durga namun sekarang hilang. Di bagian timur terdapat arca Ganesha dan bagoan selatan ada arca Siwa-Guru (Resi Agastya).

Selain itu, di komplek ini juga ada arca Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan. Namun, arca tersebut kini berada di Museum Nasional yang ada di Jakarta. Sedangkan arca-arca lainnya terdapat di Institut Tropika Kerajaan yang berada di Leiden, Belanda.

Atap Candi

Candi Singosari memiliki bentuk atap seperti piramida yang tersusun atas beberapa tingkat dan pada setiap tingkatnya dihias dengan menara. Pada bagian kanan bawah memiliki ukuran 5 m.

Sedangkan untuk bagian atas atap candi ini relah runtuh sehingga yang tersisa hanyalah tingkat pertama dan sebagian tingkat kedua yang memiliki tinggi sekitar 2,50 m. Total tinggi pada bangunan candi Singosari yang tersisa saat ini adalah sekitar 14, 10 m.

Tubuh Candi

Candi ini memiliki tubuh dengan bentuk bujur sangkar dengan sisi yang berukuran 5,20 m dan tingginya 4,85 m. Pada bagian tubuh candi, tidak terdapat ruangan.

Bagian ini dibiarkan kosong. Bagian tubuh candi yang kosong ini merupakan lambang Parama Sunya yang memiliki makna sebagai konsep tertinggi dalam Agama Buddha yang tak berwujud.

Kaki Candi

Kaki candi memiliki panjang sisi 8,8 m dan tinggi 4,86 m. Pada bagian ini memiliki keistimewaan karena terdapat bilik dan penampil pada keempat sisinya. Pada bagian ini juga terdapat sebuah saluran kecil menuju teras sisi utara. Hal ini membuat candi tersebut seolah menggambarkan sebuah lingga

Sejarah Candi Singosari

Sesuai dengan namanya, Candi Singosari merupakan Candi peninggalan Kerajaan Singosari. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan pada Raja terakhir Kerajaan Singosari yakni Raja Kertanegara.

Hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan dalam kitab Negarakertagama. Selain itu, ditemukan pula beberapa prasasti di pelataran candi yang merupakan Prasasti Gajah Mada.

Raja Negarakertagama sendiri wafat pada tahun 1292 karena penyerangan pasukan Raja Jayakatwang. Menurut beberapa ahli sejarah mereka mengatakan bahwa pembangunan Candi Singosari belum selesai dibangun.

Hal ini dapat dilihat dari bangunan Candi Singosari yang belum tuntas. Kemudian, candi ini mulai mengalami renovasi dari tahun 1934 sampai tahum 1936. Kegiatan renovasi dan pemugaran ini dilakukan pada masa pemerintahan Hindia.

Candi ini dinamakan dengan Candi Cella karena candi ini memiliki 4 buah celah di bagian tubuhnya. Namun, penamaan-penamaan tersebut tidak lagi terdengar karena Candi ini dikenal dan disebut dengan Candi Singosari. Sesuai dengan letak di mana Candi berada.

Pada tahum 1803, Candi disebutkan dalam sebuah laporan kepurbakalaan oleh seorang Gubernur Pantai Timur Laut Jawa. Dia adalah Nicolaus Engelhard. Ia melaporkan mengenai reruntuhan yang ada di daerah dataran tandus di Malang.

Kemudian, di tahun 1901, dilakukan penelitian dan penggalian oleh Komisi Arkeologi Belanda. Tiga puluh tahun kemudian, candi ini dipugar dan direnovasi.

Candi Singosari merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singosari yang masih tersisa. Sebab, peninggalan lain dari Kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur pada abad ke 13 ini, nyaris tidak ada. Hanya candi Singosari yang belum selesai dibangun serta dua buah patung raksasa yang ada di bagian depan istana.

Selain dinamakan dengan Candi Singosari, candi ini dinamakan pula dengan candi Cungkup. Bahkan pada saat awal penemuannya, candi ini dinamakan dengan Candi Renggo, Candi Menara dan Candi Cella.

Fungsi Candi Singosari

Banyak anggapan mengenai fungsi dari Candi Singosari. Salah satu anggapannya asalah candi ini digunakan sebagai maka dari raja terakhir kerajaan Singosari yakni Kertanegara. Namun, tidak terdapat bukti yang memperkuat akan hal itu. Sebab, tidak ditemukan tempat menyimpan abu jenazah.

Biasanya pada zaman Hindu saat seorang raja meninggal, mereka akan dibakar dan abunya dibuang ke laut. Kemudian, akan dibuatkan bangunan untuk memuja arwahnya.

Namun, di dalam candi Singosari tidak terdapat tempat tersebut. Maka, dapat diberikan kesimpulan bahwa Candi bukan difungsikan sebagai makam raja.

Menurut Soekmono, Candi Singosari memiliki fungsi sebagai pengubah air biasa menjadi air suci. Hal ini dapat terlihat dari adanya saluran air pada lantai dasar di ruangan utama.

Saluran itu biasanya akan digunakan untuk membasuh arca. Selain untuk mengubah air suci, candi ini juga memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan. Hal ini dilihat dari adanya arca-arca di dalamnya.

Fakta Candi Singosari

  1. Merupakan Peninggalan Kerajaan Singosari

Candi Singosari merupakan salah satu peninggalan yang tersisa dari Kerajaan Singosari. Kerajaan ini memiliki cerita yang cukup terkenal yakni kutukan Mpu Gandring.

Kutukan itu bermuara dari kemarahan Ken Arok karena Mpu Gandring yang tak kunjung menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian ia membunuh Mpu Gandring dengan keris tersebut dan terjadilah kutukan itu. Isi kutukan itu adalah Ken Arok akan terbunuh dengan keris itu dan hal itu benar terjadi.

Selepas membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok dibunuh oleh Anusapati yang merupakan anak Tunggul Ametung. Anusapati dibunuh oleh anak Ken Arok yang bernama Tohjaya. Begitupun dengan Tohjaya yang dibunuh dengan Ranggawuni.

Hingga akhirnya kutukan itu berhenti dan anak Ranggawuni naik tahta menjadi raja terakhir Singosari. Raja tersebut adalah Joko Dolog atau Kertanegara.

2. Memiliki Arca Raksasa

Sebagaimana candi lainnya, di dalam Candi Singosari terdapat arca-arca. Salah satu arca yang menarik ialah arca raksasa dengan tinggi hampir 4 m. Arca ini dinamakan dengan Dwarapala. Arca ini memiliki gada di mana posisi gada menghadap ke bawah.

Posisi menghadap ke bawah ini memiliki arti bahwa meskipun arca ini berbentuk raksasa tetapi hal itu tak lantas membuat arca ini sombong. Posisi ini menunjukkan bahwasanya arca ini masih memiliki rasa kasih sayang terhadap semua makhluk yang berkunjung dan juga sebagai ucapan selamat datang.

Uniknya, posisi arca ini hanya ada di candi singosari saja. Di candi atau di peninggalan lain tak akan ditemukan posisi yang demikian

3. Candi yang Belum Selesai

Fakta selanjutnya dari candi ini adalah bahwasanya candi merupakan bangunan yang belum selesai. Hal ini dapat dilihat dari pahatan pada relief candi yang masih sederhana.

Penyebab belum selesainya pembangunan dikarenakan terjadi penyerangan dari Kerajaan Gelang-Gelang pada tahun 1292. Kejadian ini pula yang menyebabkan kerajaan Singosari mengalami masa kehancuran.

Kesimpulan

Candi Singosari merupakan candi yang berada di Kota Malang. Candi ini adalah salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Singosari yang masih bertahan. Keberadaam candi ini berawal dari laporan seorang gubernur bernama Nicholas Engelhard. Dia melaporkam bahwa telah terjadi reruntuham di daerah Tandus Malang.

Kemudian, dari laporan tersebut ditindaklanjuti dengan adanya penelitian yang diadakan oleh Komisi Arkeologi Belanda. Sebagai tindakan nyata dari penelitian ini, tiga puluh tahun kemudian, candi ini direnovasi dan dilakukan pemugaran.

Candi yang terbuat dari batu andesit ini, awalnya diduga sebagai makam raja terakhir dari Kerajaan Singosari. Namun, karena tidak ditemukan bukti yang memgarah ke sana, maka anggapan ini dinilai salah. Candi ini justru berfungsi sebagai tempat mengubah air menjadi air suci.

Hal ini dapat dilihat dari adanya saluran air pada lantai dasar yang biasa digunakan untuk membasuh arca. Selain untuk mengubah air, candi ini juga memiliki fungsi sebagai tempat ibadah dan pemujaan terhadap arca-arca yang ada di dalamnya.

Setelah menyimak pembahasan mengenai candi Singosari, jangan lupa untuk mengunjunginya. Dengan mengunjunginya kita dapat belajar sejarah dari sana dan tentunya untuk mengenang perjalanan Kerajaan Singosari.

Categories: Sejarah