Sponsors Link

7 Pahlawan Nasional dari Maluku

Sponsors Link

Perjuangan Bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan memang tidak bisa lepas dari peran para pahlawan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

ads

Indonesia bisa dikenal sebagai negara dengan rempah terbanyak karena salah satu pulau di Indonesia dengan kekayaan alam rempah terbesar adalah Maluku.

Pulau berjuluk The Spicy Island ini, berulang kali menjadi incaran negara seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda, yang merupakan negara yang pernah menjajah Indonesia.

Maka tak heran jika rakyat Maluku harus berjuang keras untuk mempertahankan tanahnya dari kekuasaan penjajah. Perjuangan ini ditempuh dengan perang dan melibatkan banyak peran para pahlawan nasional.

Lantas, siapa saja pahlawan nasional dari Maluku yang telah berjasa dalam kemerdekaan bangsa Indonesia? Berikut daftarnya.

Daftar Pahlawan Nasional Asal Maluku

  • Thomas Matulessy (1783-1817)

Sebagian besar dari kita mungkin sudah tidak asing dengan nama Thomas Matulessy. Pahlawan asal pulau Saparua ini mempunyai sebutan lain yakni Kapitan Pattimura.

Thomas Matulessy lahir pada 8 Juni 1783 di desa Haria, pulau Saparua. Ia dikenal tak gentar dalam melawan penjajah Belanda dalam perang perebutan Benteng Durstedee tahun 1817.

Dalam pertempuran tersebut, Thomas Matulessy dibersamai oleh para panglimanya yakni Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha.

Thomas Matulessy akhirnya ditangkap oleh Belanda dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada 16 Desember 1817.

  • Sultan Babullah (1570-1583)

Sultan Babullah resmi diangkat sebagai Sultan Ternate pada tahun 1570, untuk menggantikan posisi ayahnya, Sultan Hairun, yang dibunuh oleh Portugis pada tanggal 28 Februari 1570.

Kemudian terjadi perang antara Kerajaan Ternate dan Kerajaan Portugal mulai tahun 1570 hingga 1575. Kematian ayahnya menjadi awal mula Babullah bersumpah tidak mengakhiri perang sampai semua orang Portugis berhasil dipukul mundur dari kerajaannya.

Tindakan pertama yang dilakukannya adalah pengepungan benteng Portugis (São Paulo). Pengepungan itu begitu berat sehingga tidak ada yang bisa masuk atau meninggalkan benteng hingga sumber makanan Portugis habis, dan mereka menyerah.

Sultan Babullah berpulang di bulan Juli tahun 1583. Posisinya kemudian digantikan oleh Sultan Said. Peperangan dengan Portugis masih terus berlanjut hingga Belanda datang dan berhasil mengusir Portugis dari Maluku.

  • Martha Kristina Tiahahu (1800-1818)

Martha Kristina tercatat sebagai salah satu pahlawan wanita Indonesia yang berasal dari Maluku, tepatnya Pulau Nusalaut. Perempuan pemberani ini mulai melawan Belanda di umur 17 tahun.

Dalam perang melawan Belanda, Martha Kristina turut membantu Thomas Matulessy bersama pejuang lainnya. Ia selalu terlibat untuk membantu ayahnya, Paulus Tiahahu dalam perjuangan mengusir Belanda.

Ia juga mengobarkan semangat para wanita di sana agar ikut berjuang pada peperangan di tanah mereka sendiri karena banyaknya tindakan eksploitasi yang dilakukan Belanda. Martha Kristina akhirnya diasingkan ke Pulau Jawa akibat keberaniannya pada Belanda. 

Namun ia meninggal dalam perjalanan kapal menuju Jawa dan ditenggelamkan di Laut Banda pada tanggal 2 Januari 1818. Atas perjuangannya ia diberi anugrah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

  • Sultan Nuku (1738-1805)

Nama aslinya adalah Muhammad Amiruddin atau akrab dikenal sebagai Sultan Nuku. Beliau diangkat menjadi Sultan Tidore pada tahun 1779.

Sultan Nuku mendapat sebutan dari Belanda sebagai Prince Rebel (Pangeran Pemberontak). Ini karena kegigihan Sultan Nuku untuk mempertahankan wilayah Kesultanan Tidore dari tangan pemimpin VOC di Indonesia. Terutama saat Belanda mulai melakukan intervensi terhadap pergantian Sultan Tidore.

Sultan dengan julukan “Jou Barakati” ini akhirnya wafat pada tahun 1805 di usia 67 tahun. Perjuangannya melindungi rakyat dan tanah kelahirannya dari cengkraman Belanda, dikenang oleh pemerintah Indonesia dengan memberinya gelar sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan.

  • Yeremias Latuihamallo

Yeremias Latuihamallo adalah penasihat utama Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura. Berasal dari Porto, Pulau Saparua, ia berusia 47 tahun saat Perang Pattimura berlangsung pada tahun 1817. Dia juga dikenal dengan nama Salemba.

Dia didakwa dengan pembunuhan seorang Inggris yang tinggal di Saparua selama pemerintahan Inggris. Oleh karena itu ia ditangkap dan diasingkan ke Jawa dan kemudian ke Madras (India). Dia kemudian dibebaskan dan kembali ke Porto.

Ia kemudian didaulat untuk menggantikan Raja W. P. Nanloi sebagai Raja Porto. Jeremias juga ikut menandatangani Deklarasi Haria pada 28 Mei 1817 di Baileu Negri Haria, yang menegaskan tekad semua orang untuk melawan pemerintahan Belanda.

Yeremias Latuihamallo alias Salemba ditangkap pada akhir perang. Ia diinterogasi pada 24 Desember 1817 dan digantung oleh Ambonsche Raad van Justitie (Pengadilan Belanda di Ambon) pada 2 Februari 1818. 

  • Martinus Putuhena (1901-1982)

Martius Putuhena adalah seorang insinyur yang lahir dari keluarga nelayan di Desa Ilamahu, Pulau Saparua pada 27 Mei 1901.

Ia menamatkan pendidikan dasarnya di Saparoasche School tahun 1916. Kemudian melanjutkan studinya di sekolah menengah MULO di Tonando, Minahasa hingga tahun 1919.

Putuhena adalah pemuda Maluku pertama yang lulus dari THS yang merupakan singkatan dari Technese Hoge School (sekarang disebut ITB). Ia memperoleh gelar insinyur sipil dari THS di tahun 1927 dan memulai karirnya di Jawatan Pekerjaan Umum dan Tenaga di Bandung.

Putuhena menjadi salah satu tokoh yang ikut menumpas gerakan pemberontakan RMS di Maluku. Ia juga diangkat menjadi Menteri Pekerjaan Umum di masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Simak faktor penyebab terjadinya pergolakan daerah.

Pahlawan nasional ini wafat di Jakarta pada 20 September 1982. Oleh pemerintah Indonesia, ia dianugerahi bintang jasa tertinggi yaitu “Mahaputera Utama” karena jasa-jasanya.

  • Alexander Jacob Patty (1901 – 1947)

Alexander Jacob lahir di Desa Nolloth, Pulau Saparua pada 15 Agustus 1901. Ia adalah seorang nasionalis yang berjasa mendirikan Sarekat Ambon.

Awalnya ia merupakan pelajar di sekolah kedokteran NIAS (Nederlandsche Indische Aartsens School) di Surabaya. Tapi karena sifatnya menentang politik diskriminasi Ambon dalam KNIL, ia kemudian dikeluarkan dari sekolahnya.

Di tanggal 9 Mei 1920, ia mendirikan Sarekat Ambon. Organisasi ini berfokus untuk memperjuangkan kepentingan moral dan material rakyat Ambon.

Alxander Jacob wafat di Bandung pada tanggal 15 Juli 1947. Jasadnya dimakamkan di TPU Pandu Kota Bandung, namun saat ini sudah dipindahkan ke TMP Kapahana, Kota Ambon.

Sponsors Link
,




Post Date: Wednesday 02nd, November 2022 / 02:30 Oleh :
Kategori : Sejarah